Rabu 28 Aug 2013 17:39 WIB

Enam Sikap Tokoh Ulama Nasional Soal Mesir

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Mansyur Faqih
  Ratusan massa mengibarkan bendera Mesir saar berunjuk rasa dalam aksi peduli rakyat Mesir di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat (23/8).  (Republika/Edi Yusuf)
Ratusan massa mengibarkan bendera Mesir saar berunjuk rasa dalam aksi peduli rakyat Mesir di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat (23/8). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 40 tokoh ulama dan nasional berkumpul di Masjid Istiqlal untuk menyatakan sikap mereka atas terjadinya kekerasan di Mesir. Mereka menyoroti tindakan pemerintah militer Mesir terhadap para demonstran pro-Muhammad Mursi yang mengakibatkan enam ribu orang meninggal dan ribuan lainnya luka-luka. 

Setelah berdiskusi selama sekitar satu jam setengah, ada enam poin yang dicapai. Pertama, masalah tersebut bukan lagi semata-mata persoalan dalam negeri Mesir. Namun telah menjadi persoalan tragedi kemanusiaan dunia dan pelanggaran HAM internasional. Karenanya, keterlibatan aktif umat Islam sedunia menjadi sebuah keharusan. 

Kedua, mereka mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan militer Mesir terhadap rakyat sipil dan menuntut dihentikannya kebrutalan represif karena telah melanggar HAM. Ketiga, menuntut komisaris tinggi HAM PBB melakukan penyelidikan independen terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan pemerintah Mesir dan membawanya ke Mahkamah Kejahatan Internasional (International Criminal Court). 

Para tokoh juga meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai kepala negara Muslim terbesar bersama negara anggota OKI lainnya untuk melakukan usaha mencegah bertambahnya korban. Lima, menyerukan pada semua negara, organisasi internasional dan lembaga kemanusiaan untuk menyelenggarakan konferensi internasional yang dapat mendukung kedamaian dan terhindarnya kekerasan di Mesir. 

Terakhir, mereka menyerukan semua organisasi kemanusiaan untuk memberi pertolongan dan bantuan kemanusiaan bagi korban kekerasan di Mesir. 

Cendekiawan Muslim Didin Hafidhuddin masalah Mesir tidak boleh dibiarkan karena telah menjadi tragedi bersama. "Berbeda akidah pun kalau sudah tragedi kemanusiaan itu sama. Jangan menganggap itu tragedi bangsa lain. Kita menghilangkan sekat kenegaraan saat melihat tragedi kemanusiaan," ujarnya di Masjid Istiqlal, Rabu (28/8). 

Ketua Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir Suripto berpandangan tragedi Mesir merupakan refleksi dari Arab Spring. Ia juga melihat Indonesia tertinggal dibandingkan negara non-Muslim, seperti Ekuador dan Venezuela yang nyata-nyata mengutuk kejadian tersebut. Sedangkan Indonesia belum mengeluarkan sikap secara resmi. 

Direktur Republika Digital Media Ikhwanul Kiram mengatakan masalah yang terjadi di Mesir tidak sesederhana itu. "Ini masalah rumit. Kalau kita bicara kemanusiaan kenapa kita tidak tergugah dengan Suriah?" katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement