REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mohammad Nuh, merancang program percepatan angka pendidikan kasar (APK) untuk jenjang tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi.
Program percepatan ini dibuat untuk mencapai angka APK sebesar 75 persen di tingkat perguruan tinggi pada tahun 2030. Dan APK tingkat SMA sebesar 95 persen di tahun 2020. Saat ini, menurut Nuh, nilai APK di tingkat perguruan tinggi masih terbilang rendah. Yakni hanya 30 persen sampai akhir 2013. Angka ini sudah meningkat dari tahun 2004 yang hanya sebesar 17 persen.
"Ini sudah luar biasa dalam 10 tahun (APK perguruan tinggi) naik 13 point dibanding sejak Indonesia merdeka sampai 2004 baru 17 persen. Tetapi itu masih kurang, karena beberapa negara maju sudah bukan lagi 30 persen tapi sudah 70 persen," katanya disela peluncuran program seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) 2014 di Jakarta.
Sedangkan nilai APK di tingkat SMA di tahun 2013 sebesar 82-83 persen. Semua pencapaian ini menurut Nuh, tidak akan tercapai jika tidak digenjot dengan program percepatan. Pasalnya, jika mengikuti jalur reguler semua target pencapaian APK baru bisa terpenuhi di tahun 2040 hingga 2050.
Untuk mencapai semua itu, Nuh bersama Kemendikbud menyiapkan delapan skenario strategis, yakni:
1. Peningkatan daya tampung perguruan tinggi negeri (PTN) saat ini.
2. Pendirian PTN di daerah perbatasan sekaligus sebagi sabuk pengamanan sosial budaya.
3. Penyelenggaraan online learning course.
4. Memberikan mandat PTN terbaik untuk menyelenggarakan pendidikan diluar domisili asal.
5. Peningkatan kerjasama dengan pemerintah daerah (pemda) dan swasta untuk mendirikan akademi komunitas dan politeknik.
6. Konversi perguruan tinggi swasta (PTS) menjadi PTN.
7. Meningkatkan keterjangkauan (BOPTN dan membebaskan biaya seleksi)
8. Peningkatan kualitas PTS