REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan orang tua dan keluarga ikut menjadi korban dan mengalami trauma apabila ada anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
"Orang tua dan keluarga dekat tentu saja ikut menjadi korban dan mengalami trauma. Meskipun terlihat kuat, seorang ibu yang anaknya menjadi korban kekerasan seksual pasti juga mengalami luka jiwa," kata Ratih Ibrahim di Jakarta, Kamis.
Direktur Personal Growth itu mengatakan kekerasan seksual yang dialami anak pasti juga akan melukai kejiwaan orang tua, adik, kakak, saudara dan keluarga lainnya.
Seperti halnya anak yang akan trauma dan mengalami luka seumur hidupnya, maka orang tua pun juga akan mengalami trauma seumur hidup, seperti misalnya rasa bersalah.
"Karena itu, orang tua yang terlihat kuat dalam mendampingi anaknya sekalipun pada akhirnya akan mencapai titik terendah. Kalau sudah tidak kuat, perlu ada pendampingan dan konseling bagi orang tuanya secara terpisah," tuturnya.
Sebagai psikolog sekalipun, Ratih mengatakan tidak akan bisa mengobati luka jiwa sehingga sembuh seperti semula. Yang bisa dilakukan hanyalah meminimalkan dampak negatif yang mungkin muncul.
"Karena itu, pendampingan dan konseling perlu dilakukan seumur hidup. Mungkin ada beberapa orang yang menganggap itu berlebihan, tetapi kita tidak bisa menghakimi seseorang karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda," katanya.
Publik kembali dikejutkan dengan adanya kasus kekerasan seksual di Jakarta. Kali ini kekerasan dilakukan oleh petugas kebersihan di sebuah sekolah internasional di kawasan Jakarta Selatan.