Kamis 26 Feb 2015 09:14 WIB
Lembaga Sensor Film Dihapus

Angga Dwimas Sasongko: Ada Standar Ganda dalam Penyensoran Film

Rep: C82/ Red: Winda Destiana Putri
Angga Dwimas Sasongko
Foto: Indonesiafilmcentre
Angga Dwimas Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Angga Dwimas Sasongko menilai, ada standar ganda yang diterapkan dalam penyensoran film selama ini. Misalnya, penyamarataan konteks satu adegan film yang menurutnya tidak mungkin dilakukan.

"Misalnya, ciuman. Ciuman untuk satu konteks tertentu berbeda dengan konteks hawa nafsu. Maksudnya, gambar yang ada di layar itu enggak bisa cuma dipahami sebagai konteks tunggal tapi macam-macam, dia membangun segala macam," kata Angga kepada Republika, Rabu (25/2).

Angga mengatakan, sebagai seorang sutradara, tidak mungkin dirinya menggambarkan sesuatu hal tanpa sesuatu yang nyata. Sensor yang dilakukan dengan cara memotong adegan, sudah dapat dipastikan akan merusak cerita film tersebut. Sensor dengan pemotongan seperti itulah, yang selalu menciderai film selama ini.

"Contohnya, kita bicara kerusuhan Ambon. Bukan berarti ketika ada adegan itu harus kepotong dengan alasan ini kekerasan. Konteks kekerasan macam-macam, ketika kita berbicara tentang kerusuhan, ya pasti ada adegan kekerasan. Dan kalau misalnya itu dipotong, filmnya enggak utuh lagi," jelasnya.

"Lebih baik diklasifikasi, karena ada adegan kekerasan berarti tidak bisa ditonton oleh remaja. Kasih saja ratingnya," ujar Angga lagi.

Oleh karena itu, sutradara film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku itu mengatakan, apabila wacana penghapusan lembaga sensor film (LSF) benar terjadi, maka hal tersebut tidak menjadi masalah. Menurut Angga, ada banyak negara di dunia yang industri filmnya terus berjalan dan menghasilkan film yang tetap bisa dipertanggungjawabkan meski tanpa ada lembaga sensor seperti LSF.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement