Selasa 15 Mar 2016 10:44 WIB

Astronom: Musibah di RS Mintohardjo Serupa dengan Insiden Apollo I

Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo
Foto: wikipedia
Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Astronom amatir dari Yogyakarta Astro Club Ma'rufin Sudibyo mengatakan, musibah yang terjadi di tabung hiperbarik Pulau Miangas, Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lama, RSAL Mintohardjo, Jakarta, Senin (14/3), mirip dengan insiden dalam kapsul Apollo I pada 1967 lalu.

"Cerita tentang oksigen murni yang tersulut ini serupa dengan kejadian hampir setengah abad silam. Tepatnya pada kapsul Apollo 1 di Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat," ujar Ma'rufin di Jakarta, Selasa (15/3).

Tiga astronaut yang sedang berlatih di kapsul itu, yakni Virgil Grissom, Edward White, dan Roger Chaffee pun tewas. Para astronaut di dalam ruangan itu menyimulasikan kemampuan kapsul bekerja tanpa pasokan daya dari luar sebelum peluncuran. Mendadak pijar api memercik akibat hubungan pendek arus listrik.

Udara kapsul yang mengandung oksigen 100 persen tersulut. Hanya dalam 16 detik, api sudah merajalela di segenap sudut. Tekanan udara kapsul pun meroket hebat hingga merobekkan strukturnya di satu titik.

Butuh waktu lebih dari lima menit bagi pasukan regu penyelamat untuk bisa membuka pintu kapsul dan lebih dari 90 menit untuk mengeluarkan jasad para korban dan membawanya ke kamar autopsi.

Ma'rufin juga menduga terjadi hubungan pendek arus listrik di tabung hiperbarik RSAL Mintohardjo tersebut sehingga pijar api pun tepercik. Dengan udara dalam tabung hiperbarik umumnya adalah gas oksigen murni, percikan api itu ibarat bertemu dengan tumpahan bensin.

"Udara pun tersulut dan oksigen pun menghilang, digantikan gas karbondioksida dan mungkin karbonmonoksida. Selain mengalami kekurangan gas oksigen yang parah akibat menghirup kedua jenis gas tersebut, para korban mungkin juga menderita luka bakar dalam berbagai tingkat," ujarnya.

Sebanyak empat orang menjadi korban dalam peristiwa yang terjadi di RSAL Mintohardjo tersebut, yakni Irjen Pol Purn Abubakar Nataprawira (65), Edi Suwardi Suryaningrat (67), dr Dimas Qadar Radityo (28), dan Dr Sulistyo (54).

Terapi oksigen murni atau hiperbarik biasa dilakukan para penyelam untuk mengatasi penyakit akibat dekompresi. Belakangan, metode tersebut digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit lainnya serta kebugaran.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement