Kamis 07 Apr 2016 22:57 WIB

Polisi Minta Masyarakat tak Lagi Menghujat Siswi Medan

Rep: Issha Harruma/ Red: Ilham
Polwan menyampaikan himbauan kepada pelajar yang melakukan aksi corat-coret seragam agar membubarkan diri, di kawasan Lapangan Merdeka, Medan, Sumatra Utara, Rabu (6/4).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Polwan menyampaikan himbauan kepada pelajar yang melakukan aksi corat-coret seragam agar membubarkan diri, di kawasan Lapangan Merdeka, Medan, Sumatra Utara, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto meminta masyarakat untuk menghentikan aksi bullying terhadap SSD, siswi SMA yang membentak dan mengancam seorang polwan di Medan. Hal ini menyusul derasnya hujatan dan kecaman yang diberikan masyarakat di berbagai media sosial kepada siswi tersebut.

"Kita minta semua masyarakat dapat berempati lah dengan keadaannya. Apalagi ayahnya meninggal dunia sore tadi," kata Mardiaz, Kamis (7/4). (Ayah Siswi Medan yang Mengancam Polwan Meninggal Dunia).

Ayah SSD yang bernama Makmur Sembiring Depari (58 tahun) meninggal dunia di ruang ICCU RS Mitra Sejati Medan, Kamis sore. Belum dapat dipastikan penyebab meninggalnya ayah SSD tersebut karena pihak rumah sakit enggan membeberkan. Pihak keluarga pun belum mau memberikan konfirmasi.

Terkait kabar dukacita ini, Mardiaz mengatakan, Polresta Medan dan jajaran turut berbelasungkawa. Ia pun kembali mengimbau masyarakat untuk tidak lagi mem-bully SSD dan keluarganya yang sedang berduka.

"Kami mengajak kepada seluruh masyarakat untuk tidak lagi memberikan kecaman di media sosial kepada SSD dan keluarga karena sedang dalam situasi berduka," ujarnya.

Mardiaz meminta masyarakat untuk mengambil hikmah dan tidak memperpanjang kejadian tersebut. Ia meminta masyarakat untuk memaklumi tindakan SSD sebagai kenakalan remaja yang harus dibina.

Siswi SMA Methodist I Medan tersebut menunjukkan arogansinya saat mobil yang ia tumpangi bersama enam temannya dihentikan seorang polwan Satlantas Polresta Medan, Rabu (6/4) kemarin. Mobil tersebut dihentikan karena pintu bagasi belakangnya terbuka saat konvoi pascaujian nasional berakhir.

Siswi tersebut marah dan mengaku sebagai anak Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Arman Depari. Ia pun mengancam akan menurunkan jabatan polwan tersebut.

Arman Depari sendiri telah mengakui bahwa siswi tersebut adalah anak dari saudaranya. Mantan Kapolda Riau ini pun atas nama keluarganya meminta maaf kepada Polri dan masyarakat atas tindakan yang telah dilakukan SSD.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement