REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) mendesak agar aparat penegak hukum secepatnya menangkap pelaku intelektual yang terlibat dalam insiden teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yusuf Medan.
"Kami menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam atas aksi tersebut. Kami juga meminta aparat hukum segera menangkap aktor intelektual di balik serangan tersebut," kata Kordinator JIAD Jatim Aan Anshori saat dikonfirmasi, Minggu.
Ia mengatakan, insiden di Gereja Katolik Stasi Santo Yusuf Medan pada Ahad pagi tersebut adalah aksi yang sangat disayangkan. Walaupun berhasil digagalkan, Aan menyebut pemerintah harusnya serius menangani masalah ini.
Pihaknya pun mendesak Pemerintahan Jokowi untuk tidak menganggap enteng masalah intoleransi dan radikalisme agama. JIAD berpandangan ada eskalasi aksi intoleransi dan kekerasan terhadap kelompok agama minoritas.
Pihaknya tetap mendorong organisasi moderat Islam, terutama Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyyah agar terus mengambil inisiatif melakukan dialog antariman secara substantif, dan ikut serta mengkampanyekan Islam ramah dan toleran bagi Indonesia.
Baca juga, Bom Bunuh Diri Meledak di Gereja Katolik Medan.
Seorang pemuka agama di Medan bernama Albert Pandiangan terluka akibat teror bom yang dilakukan oleh seorang remaja di Gereja Stasi Santo Yosep, Medan. Bom pipa yang dibawa pelaku sempat melukai seorang pemuka agama setempat.