REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik mencatat pada Mei Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Inflasi ini terjadi karena kenaikan beberapa harga komoditas.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan kenaikan di beberapa komoditas seperti bahan makanan, rokok, hingga Tarif Dasar Listrik TDL) menjadi salah satu penyumbang inflasi pada bulan ini. Suhariyanto mengatakan inflasi pada Mei ini mengalami kenaikan dibandingkan pada Mei tahun lalu yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen.
Suhariyanto mengatakan untuk tingkat inflasi tahun kalender atau Januari hingga Mei sebesar 1,67 persen. "Memang inflasi ada kenaikan meski tak banyak. Ini karena pekan awal bulan Mei beberapa harga komoditas ada yang naik. Ini berlangsung hingga pekan kedua bulan Mei, baru bisa terkendali pada pekan ketiga dan keempat bulan mei," ujar Suharyanto di Gedung BPS, Jumat (2/5).
Suharyanto menjelaskan kenaikan harga pada kelompok bahan makanan menyumbang sekitar 0,86 persen terhadap inflasi bulan ini. Selain itu, kelompok bahan makanan jadi, rokok dan tembakau menyumbag 0,38 persen untuk inflasi bulan ini. Sedangkan TDL dan kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar menyumbang sekitar 0,35 persen dari inflasi tahun ini.
Ia mengatakan kenaikan harga pada kelompok tersebut memaksa masyarakat untuk mengeluarkan komponen biaya yang lebih besar. Ia mengatakan kenaikan harga seperti pada bawang putih, tarif listrik, daging ayam serta tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor penyumbang inflasi bulan ini.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa inflasi ini hanya terjadi di 70 kota di Indonsia. 12 kota lainnya mengalami deflasi sebesar 1,13 persen di Manado dan 0,01 persen di Pematang Siantar. "Masing masing untuk manado IHK sebesar 127,31 persen sedangkan di pematang siantara IHK 132,80," ujar Suharyanto.