Senin 23 Sep 2019 15:39 WIB

Mesir Tahan 356 Pendemo Anti-Presiden Sisi

Warga Mesir menuntut Sisi mundur karena praktik korupsi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran meneriakkan slogan antipemerintah di Kairo, Mesir, Sabtu (21/9). Mereka menuntut Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi mundur.
Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Demonstran meneriakkan slogan antipemerintah di Kairo, Mesir, Sabtu (21/9). Mereka menuntut Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi mundur.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Otoritas Mesir dilaporkan telah menangkap dan menahan 356 orang yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi terhadap pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sisi. Jumlah mereka yang ditahan diperkirakan masih akan terus bertambah.

Komisi Hak Asasi dan Kebebasan Mesir mengatakan, Mahienoue El-Masry adalah satu di antara ratusan orang yang ditangkap. Dia adalah aktivis sekaligus pengacara hak asasi manusia.

Baca Juga

Dilaporkan laman Aljazirah, pengacara El-Masry, Tarek al-Awadi mengatakan, El-Masry ditangkap sesaat setelah dia meninggalkan kantor jaksa keamanan di Kairo. Dia memutuskan menjadi pengacara bagi beberapa orang yang ditahan karena berpartisipasi dalam demonstrasi.

El-Masry diketahui telah dua kali diadili dan dipenjara otoritas Mesir. Pada Desember 2013, setelah aksi kudeta terhadap mantan presiden Mohamed Morsi, dia ditangkap dan dipenjara hingga September 2014 dengan tuduhan berpartisipasi dalam demonstrasi tanpa izin.

Saat dipenjara, El-Masry menerima Ludovic Trarieux Award, yakni sebuah penghargaan tahunan yang diberikan kepada seorang pengacara untuk kontribusinya dalam hak asasi manusia. Pada 2015, El-Masry kembali dipenjara karena ikut serta dalam aksi duduk selama pemerintahan Morsi.

Sejak 20 September lalu, ratusan warga Mesir turun ke jalan dan menuntut Sisi mundur dari jabatannya sebagai presiden.  Aksi itu dilakukan setelah pengusaha Mesir yang diasingkan, sekaligus mantan kontraktir militer, Mohammed Ali mengunggah sebuah video di akun Facebook-nya. 

Dalam video itu Ali menyebut Sisi dan para pembantunya menghambur-hamburkan dana publik untuk proyek-proyek keangkuhan. Dia pun menuding praktik korupsi di tubuh pemerintahan merajalela. Oleh sebab itu, Ali mengapresiasi warga Mesir yang turun ke jalan untuk menuntut Sisi mundur dari jabatannya.

"Saya juga terkejut seperti kalian dengan kehadiran kalian di jalan-jalan. Ini adalah revolusi rakyat. Kita harus terhubung bersama sebagai satu dan mengorganisasi turun ke alun-alun," kata Ali dalam video terbarunya yang diunggah pada Sabtu, dikutip laman Al Araby. Dia menyerukan warga Mesir agar bergabung dalam pawai jutaan orang pada Jumat mendatang.

Sejak 2016, pemerintahan Sisi telah melakukan penghematan anggaran yang cukup ketat sebagai bagian dari paket pinjaman sebesar 12 miliar dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF). Sementara itu, survei menunjukkan satu dari tiga warga Mesir masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Mereka berpendapatan kurang dari 1,4 dolar AS per hari menurut data resmi yang dirilis pada Juli lalu. Taksiran lain menunjukkan angka yang lebih tinggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement