Kamis 24 Oct 2019 10:01 WIB

LPEM UI: BI Perlu Pangkas Suku Bunga Lagi

Suku bunga acuan BI masih berpeluang turun 0,25 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) bersama Senior Deputi BI Mirza Adityaswara (kanan) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dihadapan wartawan di gedung BI, Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) bersama Senior Deputi BI Mirza Adityaswara (kanan) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dihadapan wartawan di gedung BI, Jakarta, Kamis (18/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) dinilai masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan pada bulan ini. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebut BI bisa memangkas 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 0,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Oktober 2019.

Kepala Riset Macroeconomic & Financial Sector Policy Research LPEM FEB UI, Febrio N Kacaribu menyampaikan inflasi rendah dan stabil mendorong BI untuk tetap melonggarkan kebijakan moneter. Selain itu, perbaikan neraca perdagangan baru-baru ini mengindikasikan penurunan defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal III 2019.

Baca Juga

"Menurut prediksi kami CAD akan berada pada tingkat 2,1 persen, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya," katanya dalam siaran analisis Makroekonomi LPEM FEB UI, Rabu (23/10).

Perkembangan tersebut sejalan dengan prediksi mengenai kinerja CAD di akhir tahun sebesar 2,5-2,7 persen. Kondisi tersebut akan mengurangi risiko terjadinya depresiasi Rupiah dalam waktu dekat.

Hal ini juga akan semakin mendukung tren arus masuk investasi portofolio akibat masih besarnya selisih imbal hasil saat ini. Secara keseluruhan, kata Febrio, tim melihat ruang bagi BI untuk melanjutkan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga kebijakan sebesar 25 basis poin bulan ini.

Dari kondisi domestik, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan (5,05 persen yoy) telah mendorong BI untuk mengambil langkah antipasti terhadap perlambatan ekonomi global dan memajukan pertumbuhan domestik dalam jangka pendek. Setelah memangkas tingkat suku bunga kebijakan sebanyak tiga kali, BI secara aktif melakukan intervensi pasar yang tercermin dari penurunan cadangan devisa mereka menjadi 124,3 miliar dolar AS dari 126,4 miliar dolar AS di periode sebelumnya.

Pengurangan ini juga digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan bank terkait siklus pembayaran dividen yang sedang berlangsung. Terlepas dari pengurangan ini, cadangan devisa tetap memadai berkat stabilitas tingkat inflasi dan nilai CAD.

Pandangan optimistis terhadap perekonomian domestik juga mendukung terjadinya penguatan cadangan devisa. Pelemahan pada kondisi manufaktur, jasa, dan tenaga kerja AS awal bulan ini meningkatkan kemungkinan kembali terjadinya penurunan suku bunga the Fed di akhir Oktober.

Apabila data semakin menunjukkan indikasi pelemahan, kemungkinan terjadinya tiga kali pemangkasan suku bunga hingga awal kuartal tahun depan semakin tinggi. Di sisi lain, CAD yang terjaga akan menurunkan risiko depresiasi Rupiah dalam waktu dekat. Pelonggaran moneter yang signifikan diiringi dengan CAD yang terkendali akan semakin menjaga tren arus modal masuk ke pasar negara-negara berkembang.

"Secara keseluruhan, kami melihat ruang bagi BI untuk melanjutkan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga kebijakan sebesar 25 basis poin bulan ini," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement