REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau para nasabah melakukan pengajuan keringanan cicilan kredit secara online. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan physical distancing dan mencegah penularan virus corona di Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan pihaknya terus berkomunikasi ke perbankan dan perusahaan pembiayaan agar proses restrukturisasi dilakukan tanpa ke kantor cabang.
“Prosesnya bisa online, tidak perlu ke lapangan. Di lapangan akan kami komunikasikan terus. Perbankan menyatakan komit restrukturisasi tingga dikomunikasikan ke daerah,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (8/4).
Kendati demikian, Wimboh mengakui pengemudi ojek online justru melakukan pinjaman dan cicilan kredit ke non lembaga keuangan. Padahal apabila masyarakat melakukan pinjaman atau cicilan kredit di lembaga keuangan prosesnya mudah dan bisa melakukan pembayaran secara online.
“Ini kami memonitoring dengan rutin dan sangat detail di lapangan, supaya masyarakat paham dan kita imbay masyarakat tidak perlu datang, cukup dengan online dan setiap nasabah skemanya bisa beda-beda,” jelasnya.
Sementara Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Riswinandi menambahkan pihaknya memfasilitasi data para debitur dari Gojek dan Grab bagi perusahaan pembiayaan. Sebab, selama ini perusahaan pembiayaan tidak memiliki data spesifik mengenai data pekerja dari debitur.
“Ini kita pertemukan dan kita minta bantuan untuk mendata para mitranya menyangkut nama, nomor polisi kendaraan, nomor mesin dan nomor rangka. Data ini bisa digunakan perusahaan pembiayaan untuk mencari sebenarnya masing-masing pengemudi ini menjadi nasabahnya atau bukan," jelasnya.
"Asosiasi juga membantu sosialisasi karena ini bukan data keuangan. Gojek itu punya mitra 1,5 juta dan Grab punya 2 juta, jadi ini besar sekali kalau bisa dikoordinir. Tapi mungkin gak semuanya meminjam melalui perusahaan pembiayaan karena bisa jadi mereka meminjam dari anggota keluarganya," jelasnya.