REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan persewaan mobil asal Amerika Serikat (AS) Hertz Global Holdings Inc menyatakan akan merumahkan 10 ribu karyawannya yang bekerja di wilayah Amerika Utara. Pemberhentian tersebut dilakukan untuk memangkas biaya operasional.
Hertz Global Holdings Inc menjadi salah satu perusahaan yang terdampak akibatnya menurunnya aktivitas ekonomi di AS karena penyebaran wabah Covid-19. Per Desember 2019, Hertz memiliki total 38 ribu karyawan, 29 ribu diantaranya bekerja di wilayah operasi AS.
Dengan pemecatan puluhan ribu karyawannya itu, Hertz harus mengeluarkan dana untuk membayar kompensasi sebesar 30 juta dolar AS. Penghentian telah berlangsung efektif pada 14 April lalu bagi karyawan yang tidak masuk serikat kerja dan pada 21 April bagi karyawan yang masuk serikat kerja.
Akhir bulan lalu, Hertz mengatakan perusahaannya perusahaannya telah menerapkan program cuti bagi seluruh karyawannya di wilayah operasi Amerika Utara. Program tersebut dilakukan karena permintaan persewaan mobil sudah mulai menurun pada saat itu.
"Seperti sektor pariwisata global lainnya, Covid-19 sangat berdampak bagi bisnis Hertz. Pengembalian mobil juga meningkat signifikan," kata CEO Hertz Kathryn Marinello dikutip Reuters.
Perusahaan juga berharap bisa menarik kembali seluruh karyawan yang telah diberhentikannya ketika sektor pariwisata global sudah mulai membaik.