REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Armenia dan Azerbaijan saling menuduh melanggar gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) pada Senin (26/10). Penetapan perjanjian itu berlaku pukul 08.00 dan beberapa menit kemudian kedua negara telah melanggarnya.
Gencatan senjata ketiga hanya dalam waktu dua minggu ini langsung gagal dalam sekejap mata. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, pasukan Armenia telah menyerang desa-desa di wilayah Terter dan Lachin.
Kementerian Pertahanan Nagorno-Karabakh membantahnya dan mengatakan pasukan Azerbaijan telah melancarkan serangan rudal terhadap posisi militer Armenia di sisi timur laut di jalur kontak. Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan, pihak Baku melanggar gencatan senjata sekitar pukul 09.10 waktu setempat.
Pertempuran terakhir di Nagorno-Karabakh meletus pada 27 September dan merupakan yang terburuk di Kaukasus Selatan sejak 1990-an. Sudah dua kali gencatan senjata yang ditengahi Rusia gagal dilaksanakan.
Kekuatan dunia ingin mencegah perang yang lebih luas dengan kemungkinan menarik di Turki di pihak Baku dan Rusia mendukung Yerevan. Konflik tersebut juga membuat tegang hubungan antara Ankara dan sekutu NATO.
Tapi, upaya tersebut terus dilanggar oleh kedua negara. Gencatan senjata terbaru terjadi pada Ahad (25/10) dengan bantuan dari AS. Kesepakatan itu terjadi setelah pembicaraan terpisah di Washington antara Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo dan Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan.
Perwakilan OSCE Minsk Group, yang dibentuk untuk menengahi konflik dan dipimpin oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, juga berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut. Kelompok itu mengatakan para ketua bersama dan para menteri luar negeri setuju untuk bertemu lagi di Jenewa pada 29 Oktober.