Kamis 19 Nov 2020 07:59 WIB

Hiperglikemia tak Terkendali, Apa Risikonya Bagi Diabetesi?

Diabetes merupakan penyakit penyerta yang paling umum ditemukan pada pasien Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pemeriksaan gula darah. Diabetesi harus mengendalikan kadar gula darahnya.
Foto: Needpix
Pemeriksaan gula darah. Diabetesi harus mengendalikan kadar gula darahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa studi telah menunjukkan bahwa penyandang diabetes memiliki risiko lebih besar terhadap komplikasi dan bahkan kematian bila terkena Covid-19. Risiko ini tampak lebih terlihat pada penyandang diabetes yang kadar gula darahnya tak terkendali.

Diabetes mellitus (DM) juga diketahui sebagai salah satu penyakit penyerta yang paling umum ditemukan pada pasien Covid-19. Data dari 5.700 pasien Covid-19 di rumah sakit New York, misalnya, menunjukkan bahwa sebanyak 33,8 persen pasien mengidap penyakit yang juga kerap disebut kencing manis ini.

Baca Juga

Studi di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa penyandang DM atau orang-orang dengan hiperglikemia tak terkendali memiliki risiko kematian 4,6 kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes atau orang dengan hiperglikemia yang terkendali.

"Bagi mereka-mereka dengan diabetes, yang paling baik adalah menghindari terkenanya Covid-19, itu yang pertama," jelas Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof Dr dr Ketut Suastika SpPD (KEMD), dalam media gathering virtual bersama Good Doctor beberapa waktu lalu.

Hal-hal umum yang bisa dilakukan penyandang diabetes untuk mencegah penularan Covid-19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, yakni menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker, menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan. Prof Suastika menyebut, langkah tersebut penting sekali untuk mencegah rantai penularan Covid-19.

Selain itu, ada beberapa hal khusus yang juga tak kalah penting untuk dilakukan penyandang diabetes di masa pandemi Covid-19. Salah satunya adalah menjaga kadar gula darah tetap terkendali. Hal ini bisa didukung oleh pengaturan pola makan yang sesuai, aktivitas fisik teratur, dan menjaga berat badan yang sehat.

"Kalau sudah ada komplikasi ginjal atau jantung, kalau memerlukan obat, harus diteruskan (obatnya)," ungkap Prof Suastika.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement