REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 resmi dihentikan Kamis (21/1) kemarin. Namun, operasi lanjutan khususnya untuk menemukan cockpit voice recorder (CVR) tetap dilanjutkan.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pencarian CVR tetap dilakukan mengingat pentingnya data dari salah satu kotak hitam pesawat itu untuk investigasi penyebab kecelakaan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Penemuan CVR akan memberikan informasi yang signifikan dalam proses investigasi penyebab kecelakaan," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, Kamis (21/1).
Soerjanto menjelaskan, data yang ada di dalam CVR akan sangat melengkapi. Khususnya melengkapi data yang sudah diunduh dari flight data recorder (FDR). Untuk itu, dia menegaskan, proses pencarian CVR oleh KNKT akan terus berlangsung walaupun proses pencarian korban oleh Basarnas telah berakhir.
"Kami, sebagai tanggung jawab melakukan investigasi, akan terus mencari CVR yang belum ditemukan," ujarnya.
Pencarian CVR dipastikan memiliki tantangan yang tak mudah. Hingga memasuki hari ke-13 operasi SAR kemarin (21/1), tim gabungan belum bisa menemukan CVR sehingga operasi lanjutan harus tetap dilakukan.
KNKT merasakan sulitnya pencarian CVR pesawat dengan rute penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 tersebut. "Ini karena underwater locator beacon (ULB) yang menempel di CVR sudah lepas. Ini sangat sulit," kata Investigator KNKT Ony Soerjo Wibowo kepada Republika.co.id, Selasa (19/1).
Ony menjelaskan, dengan lepasnya ULB dari unit CVR membuat pencariannya tidak bisa menggunakan ping locator. Dengan begitu, kata Ony, pencarian hanya bisa mengendalikan mata dan tangan penyelam. Meskipun begitu, Ony memastikan KNKT tetap berupaya dalam dalam melakukan proses investigasi.
"Semua fakta dan data yang ada kita maksimalkan," ujar Ony.