Jumat 24 Sep 2021 12:25 WIB

Korut Tolak Ide Korsel Akhiri Perang di Semenanjung Korea

Menurut Korut, akhir perang tak ada artinya jika AS tetap dengan sikap bermusuhan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Ilustrasi.
Foto:

Dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB ke-76 pada Selasa (21/9), Presiden Korsel Moon Jae-in menyampaikan harapan dan keinginannya agar perang di Semenanjung Korea bisa diakhiri. “Saya sekali lagi mendesak masyarakat negara-negara untuk memobilisasi kekuatannya untuk deklarasi akhir perang di Semenanjung Korea dan mengusulkan bahwa tiga pihak, dari dua Korea dan AS, atau empat pihak dari dua Korea, AS serta China berkumpul dan menyatakan bahwa perang di Semenanjung Korea telah berakhir,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, perdamaian di Semenanjung Korea selalu dimulai dengan dialog dan kerja sama. “Saya menyerukan dimulainya kembali dialog antara kedua Korea dan antara AS serta Korut,” ujar Moon.

Dia menekankan Korsel berdiri untuk Semenanjung Korea yang makmur dan bebas nuklir. “Korsel terus melanjutkan proses perdamaian Semenanjung Korea dan di tengah dukungan masyarakat internasional mencapai tonggak bersejarah,” katanya, merujuk pada berbagai deklarasi yang ditandatangani dengan Korut.

Korsel dan Korut terlibat dalam peperangan pada 1950-1953. Perang itu berakhir dengan gencatan senjata. Hingga kini, kedua negara tersebut belum menandatangani perjanjian damai.

Moon berbicara kepada wartawan di atas jet kepresidenan Korea Selatan saat ia terbang kembali ke Seoul dari Amerika Serikat setelah berpidato di Sidang Umum PBB. "Tampaknya Korea Utara masih mempertimbangkan pilihan sambil tetap membuka pintu untuk pembicaraan karena Korut hanya meningkatkan ketegangan pada tingkat rendah dan itu cukup bagi AS untuk tidak memutuskan semua kontak," kata Moon.

Pada Selasa, Presiden AS Joe Biden berpidato di depan majelis PBB dan mengatakan Amerika Serikat menginginkan "diplomasi berkelanjutan" untuk menyelesaikan krisis seputar program nuklir dan rudal balistik Korea Utara. Korea Utara telah menolak tawaran AS untuk terlibat dalam dialog. Kepala badan pengawas energi atom PBB (IAEA) pekan ini mengatakan program nuklir Pyongyang akan berjalan penuh.

"Uji coba rudal balistik Korea Utara dan Korea Selatan berlangsung pekan lalu. Itu merupakan tembakan rudal terkini dalam perlombaan senjata di mana kedua negara telah mengembangkan senjata yang semakin canggih di tengah upaya sia-sia untuk memulai pembicaraan guna meredakan ketegangan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement