REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo(Jokowi) menyampaikan tiga harapan terkait hubungan ASEAN dan Amerika Serikat (AS) pada masa depan. Hal itu ia sampaikan dalam pidato saat menghadiri KTT ke-9 ASEAN-AS yang digelar secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Selasa.
"Yang Mulia, kita ingin terus melihat kawasan kita menjadi kawasan damai dan stabil. Saya yakin, tidak akan ada perdamaian dan stabilitas di Asia tanpa peran dari ASEAN," kata Presiden Jokowi
Harapan pertama adalah hubungan ASEAN-AS harus dapat memperkuat stabilitas dan perdamaian di kawasan. Menurut Presiden, penghormatan terhadap hukum internasional, "Treaty of Amity and Cooperation", serta perangkat norma dan hukum lain menjadi kunci.
Dalam konteks tersebut, kerja sama konkret untuk mengimplementasikan "ASEAN Outlook on the Indo-Pacific" secara terbuka dan inklusif menjadi sangat penting artinya. Melalui kerja sama konkret akan terbangun kepercayaan yang tinggi, yang akan dengan sendirinya menopang stabilitas dan perdamaian.
"ASEAN mengharapkan kiranya AS dapat menjadi salah satu mitra utama dalam mengimplementasikan empat prioritas kerja sama AIOP, yaitu maritim, konektivitas, SDGs, dan kerja sama perdagangan investasi," tambah Presiden.
Kedua, kemitraan ASEAN-AS harus dapat penjadi pilar penting pemulihan ekonomi pascapandemi. Menurut Presiden Jokowi, isu rantai pasok yang tidak terdiversifikasi dengan baik telah memperparah disrupsi pada saat dunia menghadapi krisis.
"Ke depan, ASEAN siap menjadi bagian penting dari rantai pasok perdagangan dunia. Integrasi ekonomi jelas menjadi kekuatan bagi ASEAN untuk menjadi bagian rantai pasok dunia," ungkap Presiden.
Di samping itu, kemitraan di bidang ekonomi hijau dan berkelanjutan harus menjadi prioritas dalam kemitraan ASEAN-AS, termasuk di bidang transformasi teknologi dan energi.
Menjelang Climate Change Conference (COP26) di Glasgow, debat mengenai peningkatan komitmen setiap negara sangat mengemuka. Presiden Jokowi memandang debat tersebut penting untuk diletakkan dalam konteks pembangunan berkelanjutan."Debat ini harus ditopang dengan komitmen kerja sama bagi pemenuhan komitmen. Dengan demikian, kita dapat menggunakan energi kita untuk menangani isu perubahan iklim secara bersama dan tidak membuang energi untuk saling menyalahkan," ungkap Presiden.
Ketiga, penguatan kerja sama kesehatan karena pandemi telah menyadarkan pentingnya investasi di bidang kesehatan.Presiden Jokowi melihat pembangunan ketahanan kesehatan nasional akan menjadi modal dasar ketahanan kesehatan global."Rantai pasok produksi obat-obatan, vaksin, dan alat-alat kesehatan harus didiversifikasi, termasuk ke kawasan Asia Tenggara," ucap Presiden.
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa ASEAN saat ini tengah membangun sebuah arsitektur kesehatan baru. ASEAN mengharapkan AS akan menjadi salah satu mitra utama pembangunan ketahanan kesehatan ASEAN."Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan apresiasi atas dukungan vaksin AS kepada negara-negara ASEAN yang jumlahnya lebih dari 30 juta. Upaya mencapai kesetaraan akses vaksin bagi semua negara akan menjadi kunci kecepatan dunia keluar dari pandemi," katanya.
Indonesia saat ini adalah koordinator dari kerja sama ASEAN-AS. Presiden Joko Widodo menjadi pemimpin negara yang diberi kesempatan bicara pertama untuk menyampaikan ringkasan dari Pernyataan Bersama ASEAN.