Setelah ketegangan tersulut, butuh lima hari bagi polisi untuk mengendalikan mereka saat mereka menyebar ke seluruh negeri. Dua hari kemudian, pada 15 Oktober, gerombolan dari ratusan ribu orang turun ke distrik Noakhali dan mulai menyerang kuil dan memukuli umat Hindu di dalamnya.
Di Kuil Sree Sree Radha-Madhav yang terkenal, patung-patung suci dirusak dan kemudian diinjak-injak, dokumen dibakar dan kotak uang dijarah dalam serangan yang berlangsung lebih dari dua jam. Ratan Lal Shaha, yang berada di komite kuil, termasuk di antara mereka yang menuduh polisi gagal membantu umat Hindu.
"Di mana polisi ketika serangan berlangsung selama berjam-jam? Kami memanggil mereka, meminta mereka untuk datang," ujarnya.
Seperti halnya Das, dia yakin serangan itu terorganisir. Pasalnya, tujuh candi dan empat tempat puja darurat diserang, kurang lebih pada saat yang bersamaan. Menurutnya, pola serangannya memberi tahunya bahwa itu sangat terencana dan terkoordinasi dengan baik.
Dua orang Hindu terbunuh hari itu, termasuk Jatan Shaha, yang diduga dipukuli sampai mati di kuil Sri Sri Radha Krishna Gour-Nityananda. Adiknya Mukta Rani (41 tahun), menggambarkan serangan itu sebagai lebih buruk dari mimpi buruk.
"Rasanya seperti akhir dunia. Mereka mencoba memaksa membuka pintu kami. Mereka membakar kuil-kuil itu," katanya.