Sabtu 19 Feb 2022 18:30 WIB

Wakil Ketua MPR Minta Pemerintah Serius Soal Kemandirian Kedelai

Kedelai yang merupakan bahan dasar tahu dan tempe mengandalkan impor.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Wakil Ketua MPR Syarifuddin Hasan.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Wakil Ketua MPR Syarifuddin Hasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Syarief Hasan meminta pemerintah untuk serius terhadap kemandirian pangan, salah satunya kedelai yang saat ini harganya naik. Dia juga mendesak pemerintah harus serius soal kemandirian komoditas kedelai dan menjaga iron stock untuk menjamin supply.

"Hal ini sangat beralasan karena tahu dan tempe telah menjadi bagian melekat dari kehidupan rakyat. Tanpa adanya tahu dan tempe, rasanya ada yang kurang dari masakan yang tersaji. Inilah fakta yang mesti diperhatikan betul-betul oleh pemerintah," kata Syarief dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga

Menurut dia, kedelai yang merupakan bahan dasar tahu dan tempe mengandalkan impor, sehingga harga kedelai ini sangat bergantung pada dinamika pasar global. "Inilah yang membuat harganya sangat fluktuatif dan mempengaruhi perajin tahu dan tempe di Indonesia. Pemerintah harusnya punya mitigasi dan strategi yang tepat menyikapi hal ini," kata Syarief.

Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY itu mengungkapkan, mayoritas perajin tahu dan tempe adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sehingga, ketika harga bahan baku kedelai ini naik maka akan sangat mempengaruhi kemampuan dan skala produksinya. Bahkan tidak jarang kenaikan bahan baku ini membuat banyak UMKM yang mengalami kebangkrutan.

Oleh karena itu, dia menekankan agar pemerintah tidak saja terpaku pada impor semata. Kenaikan harga kedelai yang sekarang terjadi disebabkan tingginya permintaan dari China sebagai konsumen terbesar di dunia. Sementara pasokan dari produsen kedelai terbesar, yakni AS dan Brasil terjadi kelangkaan karena kegagalan panen.

"Jadi, kita tidak bisa berharap dari dinamika pasar global yang juga sangat fluktuatif. Jika kita hanya berharap dari impor semata, maka kita tidak bisa memberi kepastian terhadap kelanjutan produksi perajin tahu dan tempe. Jika harga di pasaran global naik, imbasnya harga tahun dan tempe juga naik. Karena kenaikan ini, kelanjutan berusaha pelaku UMKM menjadi terancam, serta konsumen juga merugi," ucap Syarief.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement