Selasa 21 Mar 2023 23:52 WIB

Beijing Sebut RUU Asal-Usul Covid-19 Merupakan Serangan AS Terhadap Cina

Biden telah meneken RUU tentang asal-usul Covid-19.

Petugas keamanan mencoba mencegah fotografer mengambil gambar Institut Virologi Wuhan (WIV), Wuhan, Cina, 27 January 2021. Presiden AS Joe Biden meneken RUU tentang asal-usul Covid-19. Cina menanggap itu sebagai tindakan yang dapat mencoreng dan menyerang negaranya.
Foto: EPA
Petugas keamanan mencoba mencegah fotografer mengambil gambar Institut Virologi Wuhan (WIV), Wuhan, Cina, 27 January 2021. Presiden AS Joe Biden meneken RUU tentang asal-usul Covid-19. Cina menanggap itu sebagai tindakan yang dapat mencoreng dan menyerang negaranya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengungkapkan keberatannya dengan rancangan undang-undang (RUU) tentang asal-usul Covid-19. RUU yang ditandatangani Presiden AS Joe Biden tersebut dianggap sebagai serangan terhadap Cina.

"Tanpa bukti apa pun, RUU tersebut menyebarkan teori 'kebocoran laboratorium' sehingga dapat mencoreng dan menyerang Cina," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina (MFA) Wang Wenbin dalam taklimat pers rutin di Beijing, Selasa (21/3/2023).

Baca Juga

Wang menganggap RUU itu kesalahan serius AS dalam menggambarkan fakta. Ia menyesalkan dan menolak RUU tersebut.

Menurut Wang, Cina telah berpartisipasi dalam penelusuran asal-usul Covid-19 secara global yang berbasis sains. Pihaknya menentang keras segala bentuk manipulasi politik terkait hal itu.

Menurut Wang, dia justru belum melihat sikap bertanggung jawab AS dalam melacak asal-usul Covid-19. Sebab, AS tidak pernah mengundang kelompok ahli dari WHO untuk memberikan data awal.

"Sebaliknya, AS menutup mata terhadap kekhawatiran dunia pada laboratorium biologi di Fort Detrick dan University of North Carolina, serta pangkalan biologi militer AS di seluruh dunia," kata Wang.

Wang berpendapat bahwa memolitisasi pelacakan asal-usul Covid-19 hanya akan menghambat kerja sama berbasis sains, dan mengganggu solidaritas melawan virus itu. Langkah itu juga dinilai merusak mekanisme tata kelola kesehatan global.

"Kami sekali lagi mendesak pihak AS segera menghentikan upaya manipulasi politik dan menjadikan pelacakan asal-usul Covid-19 sebagai senjata," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement