Senin 27 Mar 2023 14:41 WIB

Rekonsiliasi Berlanjut, Menlu Saudi-Iran Segera Bertemu

Menlu Saudi dan Iran sepakat lakukan pertemuan bilateral sebelum Ramadhan berakhir

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran
Foto: Dok Istimewa
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian. Mereka sepakat untuk melakukan pertemuan bilateral sebelum bulan Ramadhan berakhir.

“Selama panggilan telepon, sejumlah masalah umum dibahas dengan perjanjian tripartit yang ditandatangani di Republik Rakyat Cina. Kedua menteri juga sepakat mengadakan pertemuan di antara mereka selama bulan Ramadhan yang sedang berlangsung,” demikian bunyi laporan kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA), dalam laporannya, Senin (27/3/2023).

SPA tak memberi keterangan terkait tanggal dan lokasi pertemuan bilateral antara kedua menlu tersebut. Namun karena disebutkan bahwa pertemuan bakal diadakan saat Ramadhan, artinya Pangeran Faisal dan Amirabdollahian akan bertemu sebelum memasuki pekan ketiga bulan April mendatang.

Sejumlah pejabat Saudi mengungkapkan, pertemuan Pangeran Faisal dan Amirabdollahian merupakan langkah lanjutan dari kesepakatan rekonsiliasi yang telah dicapai Saudi dengan Iran. Pada 10 Maret lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara. Kesepakatan itu tercapai setelah perwakilan Teheran dan Riyadh menggelar pembicaraan di Beijing, Cina. Negeri Tirai Bambu bertindak sebagai mediator dalam proses tersebut.

Pangeran Faisal mengatakan, pemulihan hubungan dengan Iran menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog.

“Kami di Kerajaan (Saudi) berharap membuka babak baru dengan Iran serta meningkatkan prospek kerja sama dengan cara yang berdampak positif pada penguatan keamanan dan stabilitas, serta kemajuan pembangunan dan kemakmuran, tidak hanya di kedua negara kami, tapi di wilayah secara keseluruhan,” ujar Pangeran Faisal dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Sharq Al-Awsat, dilaporkan laman Al Arabiya, 13 Maret lalu.

Meski telah menyepakati kesepakatan pemulihan hubungan, Pangeran Faisal menekankan, hal itu tidak serta merta menuntaskan semua perbedaan antara Saudi dan Iran. Terkait hal itu, dia menyinggung tentang program nuklir Iran. Menurut Pangeran Faisal, Saudi masih memiliki keprihatinan atas program nuklir negara tetangganya tersebut.

“Sehubungan dengan pengembangan kemampuan nuklir Iran yang berkelanjutan, ini tidak diragukan lagi menjadi perhatian kami, dan kami mengulangi seruan kami agar wilayah Teluk dan Timur Tengah bebas dari senjata pemusnah massal. Kami menyerukan Iran untuk berkomitmen pada kewajiban nuklirnya dan meningkatkan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional. Kami akan terus bekerja dengan sekutu dan rekan untuk memastikan hal ini,” kata Pangeran Faisal.

Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement