REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA – Lawatan Presiden Iran Ibrahim Raisi ke negara Amerika Latin pada Kamis (15/6/2023) sampai di Havana, Kuba. Persinggahan terakhir dalam kunjungan ke tiga negara yang juga terkena sanksi AS. Ia bertemu Presiden Miguel Diaz-Canel.
Sebelum tiba di Kuba, Raisi mengunjungi pemimpin negara penghasil minyak Venezuela, Nocolas Maduro yang menekankan hubungan dagang dan petrokimia. Setelah itu, Raisi bertemu Presiden Nikaragua Daniel Ortega.
Raisi dalam forum dagang di Havana menyatakan, Kuba dan Iran mencari peluang kerja sama pembangkit listrik, bioteknologi, pertambangan, dan area kerja sama lainnya. Pejabat kedua negara menandatangani sejumlah nota kerja sama.
Di antaranya perjanjian antara kementerian hukum, bea cukai, dan telekomunikasi dua negara. ‘’Kondisi dan keadaan yang dialami saat ini membuat Kuba dan Iran memiliki pandangan sama,’’ ujar Raisi dalam percakapan dengan Diaz-Canel.’’Hubungan dua negara semakin kuat.’’
Diaz-Canel menyambut pernyataan Raisi. ‘’Venezuela, Nikaragua, Kuba, dan Iran merupakan negara yang secara heroik menentang sanksi, ancaman, blokade, dan campur tangan oleh imperialisme Yankee serta sekutunya,’’ kata Diaz-Canel.
Kunjungan Raisi, dijelaskan dia, menegaskan Kuba memiliki Iran, bangsa yang ramah di Timur Tengah yang bisa diajak bermitra dan membahas berbagai isu global. Mengenai lawatan Raisi, awal pekan ini Gedung Putih juga memberikan komentarnya.
Kedatangan Raisi juga bersamaan dengan langkah Kuba meningkatkan hubungan dengan negara jauh tetapi penting, yaitu Rusia dan Cina. Kedua negara tersebut pun sama-sama mendapatkan sanksi dari Pemerintah AS.
Tahun lalu, Diaz-Canel bertemu presiden Rusia dan Cina. Merekatkan hubungan, menandatangani kesepakatan untuk mengurangi beban utang, dan bantuan untuk mengatasi dampak dari Badai Ian.
Pemerintahan komunis Kuba, disanksi AS sejak revolusi 1959 yang dipimpin Fidel Castro. Pembatasan dikuatkan kembali saat Donald Trump menjabat presiden AS, mengakibatkan krisis ekonomi yang membawa Kuba kekurangan pangan, BBM, dan obat-obatan.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, Raisi akan membicarakan agendanya sendiri. ‘’Kami tidak meminta negara atau siapapun untuk memilih teman atau siapa yang dikunjungi. Kami fokus pada kepentingan keamanan nasional kami di kawasan.’’