Senin 24 Jul 2023 10:55 WIB

Kisah Mualaf Facchine Tersentuh Akhlak Terpuji Muslim dan Bersyahadat Bersama Kekasih

Perjalanan mualaf Tom Facchine, dari ateis jadi memeluk Islam

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Tom Facchine, mualaf
Foto:

Hal lain yang mendorongnya mengenal Islam adalah melalui kelas dinamika Politik di Turki. Kelas ini membuatnya merasa dekat dengan budaya Turki, yang mana di New Jersey ada daerah bernama Paterson dengan populasi Turki terbanyak.

"Setelah dari kelas ini, ada program dari Erasmus bagi mahasiswa yang ingin merasakan pendidikan di Turki. Saya dan calon istri memutuskan untuk mengikuti program ini pada tahun 2009," ucap pria kelahiran 1990 ini.

Di Turki, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Bilgi selama satu semester dan tinggal di Uskudar. Hari-hari yang ia lewati di negara ini disebut sebagai sesuatu yang menyenangkan dan terbaik.

Beberapa teman Facchine di kampus bahkan merasa khawatir karena ia tinggal di Uskudar. Sebagai non-Muslim, mereka khawatir ada orang-orang jahat yang akan mencelakainya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya dan ia merasa diterima dengan hangat. 

Pengalamannya tinggal di daerah ini juga membawanya mendengar azan untuk pertama kali. Ia mengaku pernah menangis saat mendengar panggilan shalat ini.

"Aku merasa ini (azan) sangat indah. Ada satu momen dimana aku ingin masuk ke masjid, tapi aku malu dan belum siap menjadi seorang Muslim," kata dia. 

Ketika kembali ke Amerika setelah program yang ia jalani selesai, Facchine berangsur-angsur mencoba mempraktikkan ibadah yang dilakukan oleh Muslim. Secara bertahap, ia mencoba untuk sholat dan berpuasa.

Ia pun semakin yakin untuk menjadi Muslim ketika membaca Alquran dan memahami hadis-hadis yang ada. Isi Alquran dan hadist yang otentik, tidak dibuat-buat atau diedit membuatnya percaya dengan Islam dan isi kitab suci.

Usai kelulusannya, ia sudah mempraktikkan shalat lima kali dalam satu hari dan berpuasa. Namun, kala itu ia belum mengucapkan dua kalimat syahadat meski sudah mengakui dalam diri jika ia adalah seorang Muslim.

Hal ini lantas diketahui oleh profesornya yang berasal dari Maroko. Sang profesor inilah yang mendorongnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat di salah satu masjid di Philadelphia. Facchine akhirnya menjadi Islam satu tahun setelah pengalamannya di Turki.

"Respons dari keluarga saat itu beragam. Ayah, yang tidak terlalu religius, tidak berkata apa pun. Ibu, yang lebih bertanggung jawab atas keimanan keluarga, merasa ia telah gagal. Rasanya berat melihat ibu seperti itu," ucap Facchine.

Seiring berjalannya waktu, dengan anak-anak Facchine semakin dewasa dan juga belajar tentang Alquran, sang ibu disebut mulai memahami jika Islam bukanlah hal yang berbahaya. Dari sisi sang istri, yang saat itu belum memeluk Islam, tetapi merasa tertarik dan mempelajarinya, juga mendukung apa pun keputusan yang ia lakukan.

Facchine menyebut sang istri akhirnya memeluk Islam dan menjadi mualaf beberapa bulan sebelum ia belajar di Universitas Madinah. Sang istri memerlukan waktu lebih banyak untuk meyakinkan diri, mengingat ada lebih banyak isu yang harus ia hadapi dibandingkan dirinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement