Ahad 29 Oct 2023 15:57 WIB

Putra Netanyahu Keluar Israel dan Absen Perang Dihujani Kritik, Malah Pelesiran di Miami

Putra Benjamin Netanyahu tidak ikut berperang di Gaza

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nashih Nashrullah
Serangan Zionis Israel di Jalur Gaza Palesttina pada Jumat (28/10/2023).  Putra Benjamin Netanyahu, Yair Netanyahu, tidak ikut berperang di Gaza
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Serangan Zionis Israel di Jalur Gaza Palesttina pada Jumat (28/10/2023). Putra Benjamin Netanyahu, Yair Netanyahu, tidak ikut berperang di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Yair Netanyahu mendapat sorotan karena berada ke Amerika Serikat (AS), sementara pemuda Israel lainnya berada di garis depan untuk berperang. 

Hampir 4 juta pemuda Israel telah bergabung dalam upaya menanggapi serangan mengejutkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas pada 7 Oktober 2023.

Baca Juga

Laporan menunjukkan, Yair Netanyahu berada di Florida. Foto yang beredar luas di media sosial menunjukkan bahwa dia sedang menikmati pantai Miami.  

Hal ini memicu kritik, karena beberapa orang berpendapat, Yair menikmati waktu liburannya di Miami. Sementara warganya kembali ke rumah untuk mengambil bagian dalam perang melawan Hamas di Gaza.

The Times mewawancarai seorang sukarelawan yang ditempatkan di garis depan utara Israel. Sukarelawan itu menyoroti Yair yang sedang bersantai di Miami, sementara dia harus berada di garda depan.

"Yair menikmati hidupnya di Miami Beach sementara saya berada di garis depan. Kami meninggalkan pekerjaan kami, keluarga kami, anak-anak kami, untuk melindungi keluarga kami dan negaranya," ujar sukarelawan itu, dilaporkan The Times of India, Rabu (25/10/2023).

Tentara lain yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza mengatakan, dia rela terbang kembali ke Israel dari Amerika Serikat  demi ikut berperang.  

“Saya telah terbang kembali dari Amerika dimana saya memiliki pekerjaan, kehidupan, keluarga saya. Tidak mungkin saya bisa tinggal di sana dan meninggalkan negara saya, rakyat saya, pada saat kritis ini. Di mana putra Perdana Menteri? Mengapa dia tidak berada di Israel?," ujarnya.

Sekitar lima tahun lalu, Yair terlibat dalam kontroversi terkait video yang direkam di luar klub tari telanjang.  Dalam video tersebut, dia terdengar menyiratkan bahwa ayahnya telah memfasilitasi kesepakatan gas senilai 20 miliar dolar AS untuk keuntungan seorang tokoh bisnis terkemuka.  

Rekaman yang bocor ini menyebabkan perselisihan publik yang signifikan, hingga Yair meminta maaf dan mendapat tanggapan dari ayahnya.

Menurut laporan The Times of Israel, pada Maret, Yair menyebut pengunjuk rasa anti-pemerintah sebagai teroris. 

photo
Negara-negara yang abstain, mendukung, dan menolak resolusi gencatan senjata di Gaza. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Pernyataan ini muncul setelah pengunjuk rasa mengepung sebuah salon di Tel Aviv selama kunjungan istri Netanyahu, Sara. 

Para pengunjuk rasa ini menyatakan penolakan terhadap restrukturisasi sistem peradilan Israel yang kontroversial.

Awal tahun ini, The Times of Israel mengungkapkan, Netanyahu dan istrinya, Sara, diduga menyarankan Yair untuk tidak berhubungan langsung dengan anggota parlemen atau menteri. 

Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar

Yair juga diminta untuk menghentikan aktivitasnya di media sosial. Nasihat diberikan di tengah tuduhan bahwa aktivitas Yair di media sosial memicu ketegangan di Israel dan memperburuk hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.

Beberapa bulan lalu, Yair diperintahkan oleh pengadilan Israel untuk memberikan kompensasi kepada seorang wanita sebesar 34 ribu dolar AS sebagai ganti rugi.  

Tindakan hukum ini menyusul unggahan Yair di media sosial yang menyindir bahwa wanita itu memiliki hubungan romantis dengan politisi Benny Gantz.  Tak lama setelah keputusan hukum ini, Yair pindah ke Amerika Serikat. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement