REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Ribuan pendukung Palestina berbaris melalui pusat kota Dublin, Irlandia, dalam demonstrasi nasional yang menyerukan segera diakhirinya kekerasan di Jalur Gaza pada akhir pekan lalu. Salah satu momen yang menarik perhatian ketika seorang calon pengantin perempuan ikut turun ke jalan sebelum melangsungkan pernikahannya.
Dalam video yang dibagikan di media sosial, terekam perempuan itu mengenakan gaun putih yang diiringi oleh oleh pendamping dengan bunga di genggaman. Dia memilih untuk ikut terlibat unjuk rasa terlebih dahulu sebelum menjalankan acara pernikahan.
Selain rombongan pengantin itu, banyak pula orang yang berkumpul, termasuk pria Irlandia-Palestina Ibrahim Alagha yang menghabiskan beberapa minggu terjebak di Gaza. Dia berhasil melarikan diri bersama keluarganya awal pekan ini dan memutuskan bergabung dalam protes hanya beberapa jam setelah mendarat di Bandara Dublin.
Saat berbicara kepada para demonstran yang berkumpul di Merrion Square, Alagha mengatakan, sudah menjadi tugasnya untuk menghadiri pawai tersebut. “Sungguh menakjubkan bisa kembali ke sini di Dublin dan melihat semua orang yang bangga dan menyenangkan di sini,” katanya dikutip dari irishtimes.
Alagha mengatakan, konflik yang terjadi di Gaza saat ini sebanding dengan Nakba pada 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Dia menceritakan, sepupunya terbunuh dalam serangan udara di Khan Younis pada pekan lalu.
“Saya melihat kelaparan, kekurangan makanan, air, energi dan pasokan medis. Saya sudah menjalani semuanya, saya melihat semuanya,” ujar Alagha.
Pemimpin unjuk rasa Sinn Fein Mary Lou McDonald menyerukan agar Israel dirujuk ke Pengadilan Kriminal Internasional. “Kami di sini untuk mengatakan kepada dunia bahwa pendudukan, apartheid, pelanggaran hak asasi manusia, pengeboman, kebiadaban, kecabulan, pembersihan etnis harus diakhiri,” katanya.
Menurut McDonald, perjalanan panjang menuju kemerdekaan Palestina merupakan kisah warga Irlandia juga. “Dari Irlandia, hal ini harus didengar dengan keras dan jelas bahwa kejahatan perang Israel tidak akan dibiarkan begitu saja, bahwa pemerintahan [Benjamin] Netanyahu akan menghadapi pengadilan internasional dan kemarahan penuh dari komunitas internasional,” ujarnya.