Kamis 11 Feb 2016 07:00 WIB

Sejarah Dijatuhkannya Kabinet Pimpinan Partai Masyumi

Red: Karta Raharja Ucu
Partai Masyumi.
Presiden Sukarno

Menjelang akhir kekuasaannya pada pidato 17 Agustus 1966 berjudul "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" yang kemudian dipelesatkan menjadi "Jas Merah", Bung Karno yang mendapat kecaman keras menyatakan, "Pada 1959 saya menerima 'warisan' yang mendirikan bulu; warisan yang bukan hasil perbuatanku; warisan yang sebaliknya aku harus bereskan."

Krisis kabinet yang bertubi-tubi karena "demokrasi" yang gila-gilaan. Pertentangan yang tidak habis-habisnya antara pemerintah dan oposisi; pertentangan ideologi antara partai dan partai; pertentangan antara golongan dan golongan.

Dan, dengan makin mendekatnya Pemilu 1955 dan 1956 (konstituante), masyarakat dan negara kita berubah menjadi arena pertarungan politik dan arena adu kekuatan. Nafsu individualisme dan nafsu egoisme bersimaharajalela; tubuh bangsa dan rakyat kita laksana merobek-robek dadanya sendiri; bangsa Indonesia menjadi 'a nation divided against itself!'

Hantam kromo, nafsu serang menyerang, dan menonjolkan kebenaran sendiri, nafsu berontak memberontak melawan pusat z.q. 'demokrasi' yang keblinger, yang membuat bangsa dan rakyat kita remuk redam dalam semangat, kocar-kacir berantakan dalam jiwa!

Tidak satu manusia berhak berkata. "Aku, aku sajalah yang benar, orang lain pasti salah! Orang demikian pasti lupa, bahwa hanya Tuhan jualah yang memegang kebenaran!"

Tentu saja, apa yang diucapkan Bung Karno sekitar 41 tahun lalu berbeda situasinya dengan sekarang. Zaman memang sudah berubah. Kini, kita merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.

Tapi, jangan demokrasi tanpa mengenal batas dan kebablasan dengan menghalalkan segala cara. Semoga kita dihindarkan dari kisruh politik 1950-1957

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement