Selasa 18 Jun 2024 07:01 WIB

Kisah di Balik Tujuh Kerikil Jumrah dan Dialog Setan dengan Hajar

Ismail kecil sangat gembira karena ayahnya datang.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Jamaah haji melempar jumrah aqobah di Jamarat, Makkah, Arab Saudi, Ahad (16/6/2024). Lempar jumrah aqobah merupakan salah satu syarat yang wajib dilakukan pada ibadah haji sebagai simbol pengusiran setan yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim AS.
Foto:

Ismail kecil waktu itu menjawab, “Ayahku, taatilah perintah yang diberikan Allah. Insya Allah saya akan tabah. Berikan bajuku kepada ibuku karena itu akan menjadi sumber kenyamanan baginya dan bungkus aku dengan bajumu sendiri. Letakkan aku menghadap ke bawah sehingga engkau tidak dapat melihat wajahku, jangan sampai engkau ragu-ragu melakukan.”

Langit dan bumi menyaksikan bahwa Ibrahim mengikat putranya dan membaringkannya. Hal ini sangat tidak dapat diterima oleh setan, sehingga setan menemui Hajar dan bertanya padanya, “Tahukah kamu ke mana Ibrahim membawa putramu?”

photo
Jamaah haji berjalan untuk melaksanakan lempar jumrah aqobah di Jamarat, Makkah, Arab Saudi, Ahad (16/6/2024). Lempar jumrah aqobah merupakan salah satu syarat yang wajib dilakukan pada ibadah haji sebagai simbol pengusiran setan yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim AS. - (EPA-EFE)

Hajar menjawab, “Untuk bertemu seorang teman.”

Setan berkata, “Dengan bertemu seorang teman ia bermaksud bertemu dengan Allah. Dia akan mengorbankannya!”

Namun, Setan keceplosan dengan berkata, “Itu adalah perintah Allah.”

Mendengar hal itu Siti Hajar pun menegaskan, “Jika ini adalah perintah Allah, maka seratus Ismail pun dapat dikurbankan dengan cara ini.”

Karena tak mampu mempengaruhi Hajar, setan lalu pergi untuk mengalihkan perhatian Ibrahim dan menggodanya. Ketika dia menampakkan diri kepada Ibrahim di Jamarat Ula, Malaikat Jibril berkata kepada Ibrahim: “Lempar dia!”.

Maka, Ibrahim melemparkan tujuh batu ke arahnya dan setan itu menghilang. Kemudian setan kembali menampakkan diri di Jamarat Wustha. Jibril berkata lagi padanya: “Lempar dia!” maka Ibrahim melemparinya dengan tujuh batu dan dia menghilang darinya.

Kemudian setan menampakkan diri lagi kepadanya di Jamarat ketiga. Malaikat Jibril kembali menginstruksikannya: “Lempar dia!” maka ibrahim pun melemparinya lagi dengan tujuh batu kecil dan setan menjauh darinya.

Tindakan inilah yang kemudian ditiru oleh semua jamaah haji ke Jamarat, melambangkan pengakuan seseorang bahwa setan adalah musuhnya dan harus dilawan. Aksi pelemparan batu ke Jamarat dikenal dengan istilah "Rami".

Ibrahim kemudian membaringkan Ismail dan meletakkan lututnya di lehernya agar dia tidak bergerak. Kemudian dia menghadap ke langit dan berseru kepada Allah SWT, “Ya Allah! Jika kamu tidak menyukai kehadiran cinta untuk Ismail di hatiku, aku mohon maaf.”

Kemudian dia menyebut nama Allah dan menaruh pisau di tenggorokan Ismail. Dia mengasah pisaunya tetapi tidak mempan, Allah SWT telah menghilangkan fungsi pisau itu.

Allah SWT ridha dengan keikhlasan Ibrahim. Lalu Allah mengirimkan seekor domba putih bermata besar bertanduk menggantikan Ismail yang dikorbankan oleh Ibrahim. Hal inilah yang menjadi dasar penyembelihan hewan kurban oleh jamaah haji dan seluruh umat Islam lainnya pada saat Hari Raya Idul Adha.

photo
Infografis jumroh - (Republika)

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement