Kamis 18 Jul 2024 10:10 WIB

Pengaruh Kebudayaan Pra-Islam pada Pemikiran Filsuf Muslim

Pemikiran beberapa filsuf Muslim terinspirasi dari filsafat Yunani kuno.

Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi Filsuf Muslim
Foto:

Dalam kegelapan yang pekat, sepasang mata hanyalah penglihatan potensial. Sementara itu, matahari yang merupakan sumber cahaya melakukan penyinaran.

Dengan menerima cahaya atau pantulan cahaya itu, penglihatan potensial mata berubah menjadi penglihatan aktual.

Maka, objek-objek yang tadinya berpotensi dilihat menjadi benar-benar terlihat oleh mata. Lebih lanjut, cahaya matahari pun memungkinkan mata untuk menemukan matahari itu sendiri.

Dengan mekanisme seperti itu, cahaya akal aktif menyebabkan akal potensial berubah menjadi akal aktual yang bahkan bisa memahami akal aktif itu sendiri.

Sampai di sini, tampaklah bahwa al-Farabi dan juga Ibnu Bajjah merupakan kalangan pemikir yang meyakini, pengetahuan tidak diperoleh hanya melalui indra (empiris).

Bagi mereka, bantuan akal aktif diperlukan sebagai inteligensi yang mengatur dan membuat manusia bisa mencapai isi ilmu, penalaran apodiktik, atau pengetahuan yang bersifat niscaya.

Terkait itu, Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan akal aktif. Hubungan yang dimaksud lebih bersifat intelektual. Gagasannya ini dituangkan dalam kitab Risalat al-Ittishal al-'Aql bi al-Insan (Uraian tentang Persatuan Intelek dengan Manusia).

Karya itu merupakan himpunan surat-menyurat yang dilakukannya dengan murid kesayangan, Ibnu al-Imam. Karena termaktub di sana, buah pikirnya mengenai kelas-kelas manusia itu di kemudian hari dikenal sebagai Teori Ittishal.

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement