Rabu 21 Aug 2024 15:22 WIB

Teladan Seorang Kakek dan Ayah Bernama Rasulullah

Inilah teladan Nabi sebagai kakek dan ayah.

Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW sedang shalat. Tiba-tiba, datanglah Hasan dan Husain, cucu beliau dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Mereka memanjat ke punggungnya ketika beliau sedang melakukan rukuk. Rasulullah SAW terus saja dalam keadaan rukuk dan tidak mengusir mereka hingga kedua anak itu turun sendiri.

Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW shalat sambil mengangkat (menggendong) Umamah, cucu beliau dari Zainab. Saat beliau rukuk, sang cucu diletakkan, dan apabila bangun, diangkat kembali.

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW juga sering keluar rumah sambil menggendong Hasan dan Husain. Yang satu di sebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri. Di rumah, kerap Rasulullah SAW merangkak sementara Hasan dan Husain, bertengger di atas punggungnya. Dengan suka cita, Rasulullah pun berucap, "Unta yang paling baik adalah unta kalian berdua, dan kalian adalah pengendara yang paling bahagia."

Kasih sayang Nabi SAW juga ditunjukkannya di tempat umum. Suatu hari, beliau melihat Husain tengah bermain-main dengan kawan-kawan sebayanya. Langsung saja, beliau membentangkan kedua tangannya, seraya mengejar hendak menangkap Husain. Sang cucu berlari ke sana ke mari. Rasulullah SWAW terus mengejar sambil tertawa senang. Kemudian Husain ditangkap, dipeluk dan dikecupnya.

Nukilan kisah-kisah di atas merupakan salah satu sisi paling menarik dalam pribadi Muhammad sebagai seorang ayah/kakek. Pancaran kelembutan dan kasih sayang beliau memukau sarjana Barat Rev John Davenport. ''Sebagai seorang ayah dan seorang sahabat, Muhammad memperlihatkan perasaan-perasaan yang paling halus dari sifat insani,'' kata Davenport.

Sikap, perkataan dan perbuatan Nabi SAW terhadap anak-cucunya merupakan sumber ilham bagi setiap pria muslim untuk menjadi ayah impian bagi anak-anaknya. Beliau telah meletakkan dasar-dasar untuk mendidik dan mengasihi anak. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, "Akrabilah anak-anak kamu dan didiklah akhlak mereka dengan baik."

Dalam sabdanya yang lain, "Bermain-mainlah dengan anakmu hingga ia berusia tujuh tahun; kemudian latihlah ia untuk berdisiplin pada tujuh tahun berikutnya; kemudian anggaplah ia temanmu pada tujuh tahun berikutnya; setelah itu biarkanlah ia tidak bergantung lagi kepadamu (mandiri)."

Ayah teladan, berdasarkan contoh Rasul, senantiasa bersikap sabar dan lemah lembut kepada anak. Dia pun selalu berlaku adil terhadap anak, terutama dalam memberi hadiah. Sikap lemah lembut terhadap anak dapat diwujudkan dalam berbagai cara: menciumnya, memandikannya, membantu memakaikan bajunya, mengusap kepalanya, memijatnya, menggendong atau mendukugnya, membantu mengatur permainannya, serta menemaninya bermain, atau menonton televisi.

Ayah mestinya juga menumbuhkembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Misalnya melalui berbagai buku bacaan/ilmu pengetahuan, dongeng pengantar tidur, dan nasihat yang diberikan saat makan malam. Di tengah kesibukan sehari-hari kita, harusnya selalu ada waktu untuk bercengkrama, mendengarkan keluhan, dan harapan mereka. Serta memberinya dorongan semangat untuk selalu maju dan memiliki harapan besar dalam hidup.

 

 

 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا لَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَآ اَشْرَكْنَا وَلَآ اٰبَاۤؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍۗ كَذٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتّٰى ذَاقُوْا بَأْسَنَاۗ قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوْهُ لَنَاۗ اِنْ تَتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَخْرُصُوْنَ
Orang-orang musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun.” Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira.”

(QS. Al-An'am ayat 148)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement