Selasa 08 Oct 2024 05:05 WIB

Filosofi Jawa 'Tiji Tibeh' untuk Mengakhiri Perang Israel-Palestina

Filosofi ini bisa jadi refleksi terhadap konflik Israel-Palestina yang terus berkecam

Red: Mas Alamil Huda
Warga Palestina berjalan di antara bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis, 12 September 2024.
Foto:

Upaya mediasi internasional antara Israel dan Hamas, terutama oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, terus dilakukan. Namun, hasil yang signifikan belum tercapai. Salah satu penyebab utama adalah penolakan Netanyahu untuk menghentikan perang, meskipun banyak pihak mendesak pertukaran tahanan dan pemberian akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Netanyahu sendiri tampaknya ingin menyelesaikan masalah dengan menghancurkan seluruh kelompok perlawanan Palestina, termasuk dukungan dari negara-negara seperti Iran dan kelompok-kelompok lainnya di kawasan Timur Tengah. Iran, yang dikenal sebagai pendukung kuat perjuangan Palestina, terus menghadapi sanksi berat dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, terkait program nuklirnya. Meski berada di bawah tekanan internasional, Iran tetap konsisten membela Palestina.

Sebagaimana diperlihatkan oleh sikap tegas Presiden Iran Masoud Pezeshkian terhadap konflik regional, terutama mengkritik tindakan Israel di Gaza dan Lebanon.

"Dunia harus segera menghentikan kekerasan. Gencatan senjata permanen harus ditegakkan di Gaza dan Lebanon. Hentikan rezim ini (Israel) sebelum membakar kawasan dan dunia," kata Pezeshkian memperingatkan.

Pezeshkian mengulangi proposal Teheran untuk referendum di kalangan penduduk wilayah Palestina. Ia menekankan bahwa masalah yang timbul dari pendudukan Israel hanya dapat diselesaikan dengan memberikan hak penentuan nasib sendiri kepada rakyat Palestina.

Permusuhan terbuka

Konflik antara Iran dan Israel semakin memanas dalam beberapa bulan terakhir. Permusuhan Iran dan Israel bukan hanya tentang perwujudan Palestina merdeka atau program nuklir, tetapi merupakan hasil dari kombinasi kompleks dari ideologi, geopolitik, dan sejarah panjang ketidakpercayaan. Baru-baru ini, Iran meluncurkan lagi serangan rudal ke Israel, menghancurkan sejumlah fasilitas militer, termasuk sistem rudal Iron Dome dan markas intelijen Mossad. Serangan tersebut dianggap sebagai balasan atas serangan Israel sebelumnya terhadap target Iran di Teheran, Suriah dan Lebanon.

Israel secara resmi menyatakan akan ada tanggapan terhadap serangan Iran, tetapi metode, lokasi, dan waktu serangan masih dalam tahap perencanaan atau persetujuan.

Israel dilaporkan sedang merencanakan serangan balasan, dengan target utama adalah fasilitas minyak dan gas, kompleks kepresidenan, serta markas besar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Meskipun pembahasan mengenai metode dan waktu serangan masih berlangsung, Israel tampaknya bersikap agresif dalam merespons serangan Iran ini.

Kendati demikian AS termasuk pihak yang ketar-ketir dengan kenekadan Netanyahu terhadap Iran. Untuk menjaga tindakan Israel yang tak terduga terhadap Iran, pemerintahan Presiden Joe Biden telah menawarkan Israel sebuah "paket kompensasi" jika Israel menahan diri untuk tidak menyerang sejumlah target di Iran sebagai respons atas serangan rudal baru-baru ini ke sejumlah target di negara Yahudi tersebut.

Pejabat AS menawarkan dukungan diplomatik yang luas serta bantuan militer tambahan kepada Israel jika negara tersebut tidak menyerang target tertentu di Iran. Seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa Israel "selalu memperhitungkan pendapat Amerika Serikat, sekutu kami, dan siap mendengarkan mereka, tetapi akan melakukan segala yang diperlukan untuk melindungi warga dan keamanan negara." Masa Depan Timur Tengah

Melihat perkembangan konflik yang terus memanas di kawasan Timur Tengah, banyak pihak yang khawatir bahwa kawasan ini akan semakin terjerumus dalam kekacauan. Permusuhan antara Iran dan Israel tidak hanya memperburuk situasi di Palestina, tetapi juga meningkatkan ketegangan di seluruh kawasan.

Pada akhirnya, filosofi Tiji Tibeh mungkin dapat menjadi refleksi terhadap sikap yang diambil oleh para pemimpin di Timur Tengah. Apakah mereka akan memilih jalan kehancuran bersama, atau justru berusaha untuk mencari solusi yang dapat membawa kedamaian dan kemakmuran bagi semua pihak? Jawabannya masih belum jelas, namun dunia menunggu dengan harapan bahwa akal sehat dan perdamaian yang akan menang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement