Rabu 28 Sep 2011 22:39 WIB

Kian Banyak yang Menentang Rencana Pemukiman Israel

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Cina pada Rabu (28/9) menyatakan sangat menyesalkan rencana Israel menambah 1.000 rumah di permukiman Yerusalem timur dan mendesak negara itu bertindak hati-hati.

Eropa dan Amerika Serikat mengutuk langkah membangun rumah baru di lingkungan Gilo itu, yang pemimpin Palestina katakan secara nyata menolak usul pembicaraan kembali perdamaian. Kementerian Dalam Negeri Israel pada Selasa menyatakan menyetujui rencana membangun rumah baru, dengan tenggang 60 hari untuk keberatan umum.

Itu hanya satu tahap dari alur persetujuan panjang, bertahun-tahun bagi rencana perluasan Gilo, yang terletak di bagian selatan Yerusalem.

"Cina sangat menyesalkan dan menentang persetujuan rencana perluasan permukiman Yahudi di Yerusalem timur," kata juru bicara kementerian luar negeri Hong Lei kepada wartawan. "Cina mendesak Israel bertindak hati-hati," katanya lagi.

Pada Jumat, empat sekawan Timur Tengah --Perserikatan Bangsa-Bangsa, Eropa Bersatu, Amerika Serikat, dan Rusia-- menyeru Israel dan Palestina melanjutkan pembicaraan dalam sebulan, dengan tujuan mencapai kesepakatan dalam setahun.

Mereka membuat usul itu sesaat sesudah Palestina secara resmi menyampaikan permohonan untuk keanggotaan penuh kenegaraan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang ditentang Israel dan Amerika Serikat. Cina mendukung permohonan tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa menyampaikan kekhawatiran mengenai persetujuan Israel membangun 1.100 rumah baru buat pemukim di Yerusalem Timur.

Keputusan pemerintah Israel itu sangat memprihatinkan, kata Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Lynn Pascoe pada sidang Dewan Keamanan badan dunia tersebut mengenai Timur Tengah.

"Kami berulang-kali menyatakan pemukiman itu tidak sah dan bertolak belakang dengan tekad Israel pada peta jalan," kata Pascoe.

Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah bagian dari empat sekawan diplomatik mengenai Timur Tengah itu, yang mendorong penerimaan peta jalan bagi upaya perdamaian Palestina-Israel dalam beberapa tahun.

Amerika Serikat menyampaikan kekecewaannya nyata atas rencana permukiman baru Israel di Yerusalem Timur itu, tanda ketegangan baru dengan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Gedung Putih mengeluarkan pengutukan keras setelah Kementerian Dalam Negeri Israel menyatakan rumah baru itu disetujui panitia perencanaan wilayahnya.

Perundingan antara Israel dan Palestina macet setahun lalu, setelah Israel menolak memperpanjang penghentian pembangunan permukiman di Tepi Barat.

Israel menganggap kedua wilayah Yerusalem itu ibu kotanya, "yang abadi dan tak bisa dibagi", dan menganggap pembangunan di Yerusalem Timur bukan pemukiman.

Namun, rakyat Palestina meyakini Yerusalem Timur mesti menjadi ibu kota negara masa depan mereka dan dengan keras menentang perluasan kekuasaan Israel atas wilayah Arab itu, yang direbut negara Yahudi tersebut.

Eropa Bersatu juga mengutuk langkah Israel tersebut, dengan ketua diplomatnya, Catherine Ashton, mengatakan, "pada Jumat lalu, Empat Sekawan menyeru Israel dan Palestina menahan diri dari tindakan memancing jika perundingan akan dilanjutkan dan berhasil."

"Oleh karena itu, saya menyesalkan keputusan pada hari ini. Saya menyeru pihak berwenang Israel menghentikan rencana itu," katanya dalam pernyataan.

Palestina menyatakan tidak akan mengadakan pembicaraan sementara Israel membangun di atas tanah negara masa depan mereka. Sikap itu diulang oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas sekembalinya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Minggu.

sumber : Antara/ AFP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement