REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Masalah perbatasan Indonesia-Malaysia kembali mencuat. Kali ini di daerah Kalimantan Barat, Kabupaten Sambas. Tepatnya di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh. Soal patok yang bergeser atau rusak menjadi sorotan elit di Jakarta dan Provinsi Kalbar. Bagaimana sebenarnya situasi di lapangan?
Seperti diberitakan harian Pontianak Post, Kamis (13/10), salah satu patok perbatasan yang bermasalah adalah D A104. Bila mengacu pada kesepakatan Indonesia-Malaysia 1978, seharusnya patok ini berada di posisi kurang lebih satu kilometer dari bibir pantai Laut Natuna.
Namun situasi di lapangan, warga dan wartawan malah menemukan bongkahan semen menyerupai patok batas berukuran 1x1 meter, bukan di pesisir pantai tapi di atas bukit Semunsam.
Meski belum terkonfirmasi, masyarakat sekitar menduga patok di atas bukit itulah patok perbatasan. Masalahnya, apakah patok itu bergeser? Bila bergeser, maka Indonesia kehilangan 1.499 hektar lahan, yang kini ada di tangan Malaysia.
Warga kemudian menghitung jarak antar patok tersebut. Yaitu Patok A104 dengan D A104. Hasilnya berjarak 3,3 kilometer.
Kepala Desa Temajuk pada Pontianak Post mengatakan perbedaan jarak itulah yang menjadi keraguan warga dan pertanyaan. Ia berharap Indonesia-Malaysia kembali hitung ulang perbatasannya di sana.
Seperti apa sih wujud patok perbatasan itu? Dalam penggambarannya, patok D A104 sudah bentuknya persegi panjang. Ukurannya lebarnya hanya sekitar 10x10 cm. Nama patoknya tak jelas. Nama di sisi tengah tulisan SWK-MAL (Sarawak Malaysia) dan tulisan IND di baliknya sudah retak.
Namun, ditemukan pula satu patok lagi yang ukurannya lebih besar. Namun kondisinya rusak. Ini juga diduga patok nomor A104 oleh warga. Kondisi bekas patok ini adalah pondasi segiempat ukuran 1x1 meter. Ditengahnya ada bongkahan semen dan kerangka besi. Tidak ada tulisan nama negara di situ. Sehingga belum jelas betul apakah ini benar patok perbatasan.