REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lapas Tanjung Gusta, Medan, Sumatra Utara (Sumut) yang sejak Kamis (11/7) kemarin dikuasai oleh ribuan narapidana (napi) akhirnya berada di bawah kendali aparat keamanan.
Kondisi terkendali terwujud setelah tim gabungan polisi dan TNI sudah dapat masuk ke dalam Lapas untuk mengamankan seluruh napi dan menyelematkan sejumlah sipir.
Usai memegang kembali kendali Lapas, petugas TNI, Polri, dan LP langsung melakukan pendataan jumlah napi yang ada. Dalam apel yang dilaksanakan, seluruh napi dikumpulkan dan diketahui hanya ada 2.360 napi saja yang tercatat.
Padahal, seharusnya narapidana yang menjadi warga binaan di komplek hotel prodeo ini berjumlah 2.600 napi dimana enam diantaranya adalah tahanan.
"Sejauh ini laporan diterima ada 2.360 napi yang hadir, 240 lainnya tidak ada (beberapa diduga tewas)," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dalam jumpa pers mengenai situasi Lapas Tanjung Gusta di kantornya, Jumat (12/7).
Djoko menjelaskan dari sekitar 240 orang tersebut, 64 napi diantaranya terdata sudah ditangkap kembali. Sehingga masih ada kurang lebih 176 narapidana yang berkeliaran dan hingga saat ini terus diburu oleh tim gabungan Polri-TNI.
Djoko menambahkan dari seluruh napi yang kabur diketahui faktanya ada sekitar sembilan napi teroris melarikan diri. Jumlah tersebut jauh lebih sedikiti dari informasi yang beredar belakangan ini, dimana disebutkan ada 15 napi teroris kabur dari Lapas Kelas I tersebut.
"Jadi total di Lapas ini ada 15 napi teroris, sewaktu didata lima ternyata tidak kabur, sisanya iya lari. Lalu sampai siang ini, lima diantara yang kabur ini sudah ditangkap kembali, tinggal empat yang masih buron," ujar Djoko.
Dalam kesempatan jumpa pers tersebut, hadir juga wakil menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana mendampingi Djoko. Dari keterangan Denny, aksi pembakaran dan demonstrasi oleh ribuan napi ini dipicu oleh amarah para penghuni yang tidak mendapatkan jatah air sejak subuh.