Senin 23 Sep 2013 16:04 WIB

Bank Dunia Investasi untuk Negara Miskin

Bank Dunia
Bank Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menginvestasikan 700 juta dolar AS pada tahun 2015 untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan kaum perempuan dan anak-anak di negara-negara miskin.

"Kami butuh meningkatkan perhatian yang lebih besar kepada upaya kolektif untuk menyelamatkan lebih banyak jiwa perempuan dan anak-anak," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam siaran pers di Jakarta, Senin (23/9). Menurut Jim Yong Kim, proyek Bank Dunia yang akan digelontorkan setidaknya bernilai 700 juta dolar AS dalam bentuk pembiayaan hingga akhir 2015 guna membantu negara-negara miskin mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs).

Pembiayaan baru tersebut, ujar dia, datang dari Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA), yaitu anak usaha Bank Dunia khusus untuk negara-negara miskin, yang akan memberdayakan proyek kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu dan anak.

"Grup Bank Dunia berkomitmen untuk menggunakan pendekatan berbasis bukti guna memastikan bahwa setiap ibu dan anak bisa  mendapatkan perawatan kesehatan yang terjangkau yang dibutuhkan untuk menjalani hidup yang sehat dan produktif," kata Presiden Bank Dunia.

Sebelumnya, Bank Dunia menyatakan keterbukaan data memiliki manfaat bagi negara-negara berkembang karena akan membuat pembuat kebijakan maupun warga negara biasa dapat mengambil keuntungan. "Keterbukaan data telah membawa manfaat yang luar biasa bagi masyarakat di negara-negara kaya, membantu mereka memahami dan mengembangkan dunia di sekitar mereka," kata Ekonom Utama Bank Dunia Amparo Ballivian.

Menurut Amparo Ballivian, proyek keterbukaan data bermanfaat bagi negara-negara berkembang karena akan dapat mengeksplorasi dan memperluas batasan dan mengambil manfaatnya guna mengatasi kemiskinan.

Bank Dunia juga telah bergabung dengan lembaga Open Data Institute dan Open Knowledge Foundation dalam proyek berjangka waktu tiga tahun yang memiliki tiga tujuan. Ketiga tujuan itu adalah mendukung negara berkembang merencanakan dan melaksanakan inisiatif keterbukaan data; meningkatkan penggunaan keterbukaan data di negara-negara berkembang; dan menambah bukti akan dampak keterbukaan data terhadap pembangunan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement