REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- ISIS memiliki pendukung baru di Mesir, merujuk pada pesan di YouTube yang diunggah pada Ahad (9/11). Dalam pesan suara itu, kelompok militan berbasis di Sinai, Ansar Beit al-Maqdis atau ABM, diduga mengumumkan persekutuannya dengan ISIS, yang menamakan diri Negara Islam.
Video klip berdurasi sekitar 10 menit itu menyalahkan para tiran (penguasa zalim) dan "agen-agen Yahudi dan sekutu-sekutu mereka" selama beberapa dekade pendeitaan Muslim. Pesan itu juga menyebut ISIS sebagai "Kebangkitan dari Fajar Baru".
Jika terbukti. ini akan menjadi babak baru yang berbahaya untuk kelompok paling mematikan di Mesir. Sejak 2012, serangan ABM semakin berani dan canggih (mutakhir). Kelompok itu telah membunuh ratusan pejabat polisi dan tentara Mesir. Serangan paling luas terjadi bulan lalu di Semenanjung Sinai, menewaskan sedikitnya 31 tentara. Para analis menyebut jumlah kelom pom itu ada ratusan, bahkan ribuan orang.
Sejumlah titik pos pemeriksaan di utara Sinai untuk mencegah senjata dan para petarung. Pejabat keamanan setempat menyatakan ancaman terhadap aparat keamanan yang beroperasi di wilayah ini sangat tinggi, sebuah tembakan di tempat mulai berlaku pada jam malam di el-Arish, kota terbesar di utara Sinai, dan lintasan perbatasan Rafah dengan Gaza. Pasca serangan Oktober, pemerintah memberlakukan jam malam di bagian utara semenanjung Sinai. Pasukan keamanan Mesir secara agresif telah memerangi ABM sejak tergulingnya Presiden Muhammad Mursi pada 2013.
Pejabat di Mesir menyalahkan Hamas di Gaza karena telah membantu kelompok militan, sebuah klaim yang ditolak HAMAS. Baru-baru ini, pemerintah merelokasi lebih dari seribu keluarga untuk menjauh dari perbatasan dalam sebuah gerakan untuk menghilagkan penutup untuk terowongan apa pun diantara Mesir dan Gaza serta untuk membuat zona pembatas. Mulanya, AMB mendapat tempat dengan mengeksploitasi rasa tidak percaya antara warga badui lokal dengan otoritas Mesir yang sudah berakar lama.
Negara yang menakutkan telah diciptakan ABM yang akhirnya mulai bersekutu dengan banyak warga Sinai Utara. ABM kehilangan dukungan sesudah membunuh pemimpin Badui yang tidak setuju dengan tindakan mereka dan pemenggalan kepala terhadap orang-orang yang dituduh menjadi informan (mata-mata).