REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengatakan pihaknya akan menggandeng TNI untuk memberantas narkoba di Lapas-lapas.
"Kami akan tindak lanjuti mafia-mafia yang masih beroperasi di lapas-lapas. Kami akan kerja sama dengan stakeholders terkait. Bila perlu, saya akan libatkan unsur TNI. Seluruh unsur akan kami libatkan, tidak terbatas hanya unsur polisi saja," kata Budi Waseso di gedung BNN, Jakarta, Selasa (8/9).
Pasalnya, upaya pencegahan dan pemberantasan narkoba harus dilakukan oleh semua pihak. Waseso pun menegaskan pihaknya akan bekerja dengan cepat dan agresif sama seperti yang dilakukannya ketika memimpin Bareskrim dulu. "Penanganan narkoba harus dilakukan dengan semangat dan agresif. Saya ingin semua pekerjaan saya selesai dengan cepat," ujarnya.
Waseso pun optimistis bahwa pihaknya akan mampu bekerja dengan baik dalam memimpin BNN.
Pada Selasa, mantan Kabareskrim Polri Komjen Budi Waseso resmi dilantik menjadi Kepala BNN menggantikan Komjen Anang Iskandar. Pelantikan dilakukan oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Dalam pidatonya, Badrodin memiliki pengharapan besar mengenai kinerja BNN dibawah kepemimpinan Waseso. "BNN harus mampu menerapkan terobosan yang efektif, inovatif dan luar biasa dalam pemberantasan narkoba. BNN butuh pemimpin yang andal. Di bawah kepemimpinan Pak Buwas, saya yakin BNN akan menjadi organisasi yang semakin berkualitas dalam pemberantasan dan pencegahan narkoba," katanya.
Kapolri mengatakan Indonesia saat ini sudah mengalami satu fase yang kronis dan memprihatinkan dalam penyalahgunaan narkoba. Menurut dia, di Indonesia ada 4,3 juta orang yang mengalami ketergantungan narkoba atau setara dengan 2,2 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Pihaknya juga memperkirakan kerugian materil akibat penyalahgunaan narkoba mencapai Rp 63 triliun yang meliputi biaya belanja narkoba, rehabilitasi, perkiraan harga barang-barang yang dicuri dan biaya operasional.
Dia menyebut, dampak akibat penyalahgunaan narkoba juga sangat meresahkan masyarakat.
"Dampaknya sangat tidak baik bagi perkembangan masyarakat, diantaranya kemungkinan putus sekolah, degradasi moral, merusak fisik dan jiwa, penelantaran anak dan keluarga, dan ancaman kematian akibat overdosis," ujarnya.
Lebih lanjut, Indonesia, kata Badrodin, saat ini bukan hanya sebagai negara target penjualan narkoba, tapi juga merupakan negara produsen narkoba.