REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Keretakan hubungan Qatar dan tetangganya mendorong seorang Pebisnis Qatar untuk menerbangkan empat ribu sapi perah ke negara tersebut. Pengiriman ribuan sapi ini untuk mengatasi kekurangan susu segar pascapemutusan hubungan diplomatik.
Bloomberg melansir, Moutaz al-Khayyat yang merupakan chairman Power International Holding membeli ribuan sapi itu dari Australia dan Amerika Serikat. Setidaknya, perlu 60 penerbangan Qatar Airways untuk mengangkut hewan-hewan seberat 590 kilogram tersebut.
"Inilah saatnya bekerja untuk Qatar," kata dia, dikutip dari Gulf News, Rabu (14/6).
Sebagian besar susu segar dan produk susu yang dikonsumsi masyarakat di Doha berasal dari Arab Saudi. Namun, pengiriman susu dan produk susu berhenti pekan lalu. Pasokan itu terpengaruh keputusan Kerajaan Arab Saudi dan beberapa negara memutus transportasi ke Qatar.
Blokade yang dimulai pada 5 Juni juga telah memaksa Qatar untuk membuka jalur perdagangan baru untuk mengimpor pangan, bahan bangunan dan peralatan industri. Bank sentral mengatakan transaksi domestik dan internasional berjalan normal.
Produk berbahan dasar susu (dairy product) telah diterbangkan dari Turki. Buah dan sayuran dari Iran juga telah tiba di Doha. Ada juga kampanye untuk membeli barang-barang lokal.
Konter produk susu dilengkapi dengan pesan-pesan dan warna bendera Qatar. Sebuah pesan menyebutkan: "Bersama untuk mendukung produk lokal."
Warga Qatar, Umm Issa (40 tahun), mengatakan, itu merupakan pesan bahwa Qatar tidak membutuhkan negara-negara yang memboikotnya. Pemerintah sudah memastikan warga tidak kekurangan. "Kami bersyukur untuk itu. Kami tidak takut," kata dia.
Al-Khayyat, yang bisnis utamanya adalah perusahaan konstruksi, telah mengembangkan perusahaannya ke bidang pertanian. Dia memiliki sebuah pertanian di 50 kilometer dari bagian utara Doha.
Ketahanan pangan merupakan bagian dari strategi ekonomi Pemerintah Qatar, yang dikenal sebagai 'Vision 2030'. Lahan pertanian al-Khayyat memiliki luas setara 70 lapangan sepak bola.
Lahan pertanian yang berada di gurun itu dilengkapi dengan gudang penyimpanan. Di tempat ini, dia memproduksi susu dan daging kambing. Dia sudah berencana mengimpor sapi melalui laut untuk ditempatkan di lokasi ini.
Namun, blokade membuat rencana itu dipercepat. al-Khayyat mengatakan produksi susu segar akan dimulai pada akhir bulan ini. Lebih cepat dari rencana sebelumnya pada September mendatang.
"Produksi susu akan mencakup sepertiga permintaan Qatar pada pertengahan Juli," kata al-Khayyat di kantornya di Doha.
Percepatan ini membuat al-Khayyat harus merogoh kocek lebih dalam karena biaya pengiriman meningkat lebih mahal lima kali menjadi 8 juta dolar AS. Namun, al-Khayyat tidak mempermasalahkan kenaikan biaya itu karena tidak ada seorang pun yang ingin merasakan krisis.
"Pemerintah sudah bekerja sangat keras untuk memastikan tidak ada efek," kata al-Khayyat.