REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebut hingga saat ini garam impor dari Australia belum terdistribusi ke pasar. Karenanya, ia meragukan laporan yang menyebut garam petani tak laku sejak garam impor masuk.
"Saya monitor itu belum terdistribusi kok," ujarnya, di kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (23/8).
Menurut Oke, proses pengiriman garam dari Australia juga belum tuntas. Masih ada 25 ribu ton bahan baku garam lagi yang akan segera masuk melalui Pelabuhan Belawan, Medan pada 25 Agustus mendatang.
Sebelumnya, sebanyak 50 ribu ton dari total 75 ribu ton bahan baku garam telah masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Ciwandan, Banten dan Pelabuhan Tanjung Priok, Surabaya. Impor itu sendiri dilakukan oleh PT Garam sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang menjalankan usaha pergaraman.
PT Garam kemudian bertugas mendistribusikan bahan baku tersebut pada industri yang akan mengolahnya menjadi garam konsumsi beryodium.
Kementerian Perdagangan menegaskan, garam impor didatangkan untuk mengisi kekosongan di pasar akibat industri dalam negeri yang telah berhenti berproduksi karena ketiadaan bahan baku. Karenanya, Oke memastikan masuknya garam impor tidak akan mengganggu produksi dalam negeri.
"Itu sudah diatur dari awal. Makanya kita izinkan 75 ribu ton, kebutuhan kita itu 100 ribu ton," kata Oke, di Auditorium Kemendag, Kamis (10/8).