REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polres Metro Jakarta Selatan menemukan dua dari 145 massa yang hendak mengikuti demonstrasi menolak Undang-Undang Cipta Kerja ke Istana Merdeka, adalah pelajar sekolah dasar (SD). "Hingga pukul 18.00 WIB didata ada 145 orang yang kita amankan, ada yang mahasiswa, pelajar SMA/SMK, SMP bahkan SD juga ada dua orang," kata Kepala Bagian Sumber Daya (Kabag Sumda) Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Chuswandari, di Jakarta, Selasa (13/10).
Ia mengatakan rombongan massa tersebut mayoritas diamankan di kolong Semanggi. Selain di Semanggi, petugas juga mengamankan kelompok remaja yang hendak ikut demo ke Istana Merdeka di kawasan Atmadjaya, kolong Tol Ciledug, Pesanggrahan, Lenteng Agung dan FX Sudirman. "Mereka semua ini tujuannya sama akan mengarah ke istana," ujar Chuswandari.
Seluruh massa yang diamankan dibawa ke Mako Polres Metro Jakarta Selatan untuk didata dan dibuat berita acara serta pembinaan. Kebanyakan dari mereka bukan berasal dari wilayah Jakarta, ada yang dari Bogor, Tangerang dan Bekasi.
Bagi yang berstatus pelajar diminta orang tuanya untuk datang menjemput sebagai efek jera agar tidak mengulangi perbuatannya. Setelah diamankan, 145 orang tersebut dikumpulkan di halaman depan Polres Metro Jakarta Selatan, lalu dilakukan tes cepat deteksi dini Covid-19. "Hasil seluruhnya dinyatakan non reaktif," kata Chuswandari.
Petugas Polres Metro Jakarta Selatan melakukan pengamanan di wilayah dan penyekatan mengantisipasi massa yang hendak berunjuk rasa bergerak ke Istana Merdeka. Dari pagi ditemukan 41 kelompok remaja yang diamankan, hingga malam jumlahnya bertambah menjadi 142 orang.
Selanjutnya pada aksi kerusuhan Kamis (8/10), sebanyak 161 kelompok pemuda juga diamankan dari sejumlah titik di wilayah Jakarta Selatan. Mereka juga memiliki alasan yang sama ikut-ikutan unjuk rasa. Polres Metro Jakarta Selatan lalu melalukan tes cepat deteksi dini Covid-19, hasilnya lima orang dinyatakan reaktif dan 157 lainnya nonreaktif.
Sejumlah massa aksi melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka untuk menolak pengesahan UU Cipta Kerja. Petugas melakukan rekayasa lalulintas dan penutupan. Bahkan penutupan di Jalan Medan Merdeka Barat bahkan dilakukan sejak Senin (13/10) malam.