Senin 29 Mar 2021 18:28 WIB

Munculnya 'Nama-Nama Baru' Pesaing Prabowo

Survei Charta Politika terbaru menempatkan Prabowo dengan elektabilitas tertinggi.

Red: Andri Saubani
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Foto:

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Studies (Indo Strategic), A. Khoirul Umam menilai, pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Puan Maharani berpeluang terwujud pada Pilpres 2024. Pasalnya, kedua sosok tersebut sama-sama mewakili dua partai besar di Indonesia.

"Di PDIP, nama Puan akan lebih diprioritaskan sebagai trah Soekarno. Selain itu, pengalaman mengajukan Jokowi sebagai presiden melahirkan evaluasi bahwa meskipun yang bersangkutan petugas partai, namun tidak bisa dikendalikan penuh oleh kekuatan Teuku Umar," ujar Umam lewat keterangan tertulisnya, Selasa (23/3).

Umam mengatakan, di PDIP dan Partai Gerindra terdapat sosok potensial lain, seperti Sandiaga Salahuddin Uno dan Ganjar Prabowo. Untuk Sandiaga, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dinilai terhadang oleh keputusan Prabowo.

Sedangkan bagi Ganjar, Umam melihat ada kecenderungan bagi PDIP yang ingin menyukseskan Puan yang notabenenya merupakan trah Soekarno dan putri dari Megawati Soekarnoputri. Meskipun, Ganjar dinilai sebagai sosok yang berkarakter luwes, cair, dan mudah membangun komunikasi politik.

"Saat ini, di mana muncul makelar-makelar kekuasaan yang malas bekerja keras membangun mesin politik dan berusaha mencaplok kekuatan partai lain, berpotensi membayangi dan mengancam setiap proses regenerasi politik di partai-partai, tak terkecuali PDIP di tangan Puan kelak," ujar Umam.

Jika pasangan calon Prabowo-Puan terealisasi, PDIP dan Gerindra tinggal mencari dukungan dari partai politik yang berada di tingkat tengah, seperti Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebab, Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berpeluang untuk mengusung kadernya di Pilpres 2024.

"Namun patut diingat, Pilpres 2024 akan merujuk kembali pada 2004 dan 2014, di mana kekuatan koalisi besar tidak menjamin capres-cawapresnya terpilih. Jika memang tidak connect dengan harapan rakyat," ujar Umam.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai peluan Puan berkontestasi di Pilpres 2024 sangat besar. Sayangnya hingga saat ini, kata Jamiluddin, tidak mendengar prestasi monumental saat Puan menjabat menteri.

Bahkan, lanjut Jamiluddin, minus prestasi juga terlihat saat Puan menjabat Ketua DPR RI. Setelah memimpin DPR RI satu setengah tahun, tidak ada gebrakan yang membuat masyarakat kagum terhadap dirinya dan DPR RI. Masyarakat hanya tahu kasus kontroversial Puan saat mematikan pengeras suara pada suatu acara Rapat Paripurna DPR.

"Dengan dua jabatan bergengsi itu, seharusnya elektabilitas Puan sudah meroket," terangnya.

Dengan rendahnya elektabilitas Puan selama menjadi pejabat publik, diperkirakan elektabilitasnya memang sulit untuk dikerek. Nilai jual Puan tampak rendah, sehingga akan menyulitkan relawan dan PDIP mem-branding-nya. Hal itu akan menyulitkan Megawati Soekarno untuk mengusung Puan menjadi capres.

Namun jika pilihan capres lebih bersifat politis, Megawati Soekarnoputri akan tetap memilih Puan. Yang paling rasional adalah Puan diusung menjadi cawapres. Disini Puan berpeluang mendampingi Prabowo yang selama ini elektabilitasnya sangat tinggi.

"Megawati berpeluang memilih opsi ini bila elektabilitas Puan tetap jeblok," tutupnya.

 

photo
Pernyataan kontroversial Puan Maharani soal Sumbar - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement