Rabu 15 Sep 2021 17:02 WIB

China Perketat Pembatasan demi Tahan Lonjakan Covid-19

Kasus Covid-19 di wilayah Pantai Timur China melonjak tajam.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Covid 19 (ilustrasi)
Foto: Max Pixel
Covid 19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China perketat peraturan pembatasan sosial dan meningkatkan tes massal Covid-19 di kota-kota sepanjang pantai timur negara itu. Langkah itu dilakukan saat kasus infeksi Covid-19 di daerah itu melonjak tajam.

Tempat pemeriksaan didirikan di stasiun-stasiun jalan tol di Kota Putian di Provinsi Fujian, sementara lusinan kota di provinsi itu ditutup sepenuhnya. Perjalanan keluar masuk Kota Xiamen dan Quanzhou juga dibatasi saat virus corona varian Delta menyebar di daerah tersebut.

Baca Juga

Pada Rabu (15/9), Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan kasus positif virus corona di Fujian bertambah 50. Sebagian besar di daerah Putian.

Sejak pandemi yang terdeteksi pada akhir 2019 di pusat Kota Wuhan, China telah menerapkan tes, karantina wilayah, dan peraturan wajib masker yang ketat. Beberapa hari terakhir kasus infeksi di Fujian bertambah 152 kasus.

Pemerintah pun memerintahkan masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dan menutup venue-venue hiburan, restoran, gym dan membatalkan berbagai kegiatan berkumpul seperti festival Pertengahan Musim Gugur. Layanan bus jarak jauh di sebagian provinsi juga telah ditangguhkan. China cukup berhasil menahan laju penyebaran virus.

Namun terjadi wabah baru di berbagai wilayah Negeri Tirai Bambu. Wabah varian Delta yang pecah pada bulan Juli dan Agustus menyebar ke beberapa provinisi, sehingga virus yang sangat menular itu dikhawatirkan telah menyebar.

Komisi Kesehatan Nasional mengatakan telah menyalurkan lebih dari 2 miliar dosis vaksin. Walaupun, kemanjuran vaksin domestik dipertanyakan terutama dalam menghadapi varian Delta.

Meski peraturan pembatasan sosial dan langkah-langkah pembatasan lainnya berdampak pada ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat, tapi China berhasil menahan penyebaran di awal pandemi. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement