Rabu 01 Dec 2021 12:40 WIB

Taliban Masih Terus Mendesak AS Cairkan Aset Afghanistan

Taliban risau karena Afghanistan dihantui krisis sementara dompet negara cekak

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Dalam gambar yang disediakan oleh Korps Marinir AS ini, seorang Marinir dengan Satuan Tugas Udara-Tanah Laut Tujuan Khusus-Komando Pusat Respons Krisis (SPMAGTF-CR-CC) bermain dengan anak-anak yang menunggu untuk diproses selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul , Afghanistan, Jumat, 20 Agustus 2021. Taliban risau karena Afghanistan dihantui krisis sementara dompet negara cekak.
Foto:

Seorang juru bicara Bank Dunia mengkonfirmasi staf dan anggota dewan eksekutif sedang menjajaki pengalihan dana ARTF ke badan-badan PBB untuk mendukung upaya kemanusiaan. Akan tetapi dia tidak memberikan rincian lebih lanjut sementara PBB menolak berkomentar.

Dua orang sumber mengatakan pendekatan itu akan menyetor dana ARTF ke rekening internasional lembaga swasta Afghanistan. Nantinya lembaga tersebut akan mengucurkan uang rekening bank Afghanistan mereka ke kelompok-kelompok kemanusiaan di Afghanistan.

Transaksi tersebut tidak akan melibatkan Taliban sehingga menghindari keterikatan dengan sanksi AS dan PBB. Namun rencan ini cukup rumit dan bisa memakan waktu panjang untuk diterapkan.

Salah satu masalah utama adalah kurangnya mekanisme untuk memantau pencairan dana di Afghanistan. Hal ini perlu untuk memastikan para pemimpin dan pejuang Taliban tidak mengakses dana tersebut. Dua mantan pejabat AS yang akrab dengan pertimbangan administrasi internal mengatakan beberapa pejabat AS berpendapat sanksi AS terhadap para pemimpin Taliban melarang bantuan keuangan kepada siapa pun yang berafiliasi dengan pemerintah mereka.

Departemen Keuangan AS telah memberikan surat yang meyakinkan Bank Dunia dapat memproses transaksi kemanusiaan. Kekhawatiran tentang sanksi AS mencegah pengiriman bahkan pasokan kebutuhan dasar ke Afghanistan termasuk makanan dan obat-obatan.

“Ini adalah pendekatan bumi hangus. Kami membuat negara ini menjadi debu. Sanksi yang melumpuhkan dan kegagalan untuk merawat pekerja sektor publik akan menciptakan lebih banyak pengungsi, lebih banyak keputusasaan, dan lebih banyak ekstremisme," ujar seorang sumber.

Setiap keputusan untuk mengalihkan uang ARTF memerlukan persetujuan dari semua pihak donor. Salah satu negara donor yang terbesar adalah Amerika Serikat.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengonfirmasi Washington bekerja dengan Bank Dunia dan donor lain tentang cara menggunakan dana tersebut. Termasuk kemungkinan untuk membayar gaji mereka yang bekerja di sektor penting seperti petugas kesehatan dan guru.

Juru bicara itu menerangkan pemerintah AS tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan kritis rakyat Afghanistan. Terutama di sektor kesehatan, gizi, pendidikan, dan ketahanan pangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement