REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan adanya potensi besar meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron setelah libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Ia mengimbau rumah sakit maupun puskesmas harus siap dengan ledakan kasus tersebut dengan melengkapi alat kesehatan.
"Ancaman masyarakat kena varian Omicron dan Delta itu pasti ada. Apalagi saat ini dibebaskan. Jika begini rumah sakit harus siap dengan melengkapi alat kesehatan," katanya saat dihubungi Republika, Sabtu (25/12).
Kemudian, ia melanjutkan rumah sakit perlu mempersiapkan kesediaan tempat tidur, oksigen, obat esensial APD hingga tenaga medis. Selain itu, tidak hanya rumah sakit, ketersediaan alat kesehatan primer ini juga perlu tersedia di tingkat bawah, seperti puskesmas dan klinik.
Ia menambahkan sistem rujukan dari puskesmas perlu ditambah dan dimudahkan ke rumah sakit, sehingga masyarakat nantinya tertangani oleh tenaga kesehatan. "Jadi sekali lagi, tenaga medis juga perlu tahu bagaimana menangani omicron ini. Lalu, untuk tes PCR dan antigen, perlu disediakan untuk bisa mendeteksi apakah virus tersebut merupakan jenis omicron atau bukan," kata dia.
Sebelumnya diketahui, Rumah Sakit (RS) di Tanah Air, sudah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi lonjakan konfirmasi Covid-19 pasca Natal dan Tahun Baru (Nataru). Hal ini, terkait upaya pemerintah yang mendorong rumah sakit di seluruh daerah, agar menyiapkan langkah kontingensi menghadapi masuknya varian Omicron di Indonesia.
Demikian ditegaskan Kompartemen Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Fajaruddin Sihombing. "RS sudah mempersiapkan semuanya. Kami tetap dan terus mengingatkan serta mengimbau masyarakat agar tidak menganggap remeh dan lengah, tingkatkan disiplin prokes, jangan bepergian dan berkumpul," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (24/12).
Dia mengatakan, sesiap apapun RS dan fasilitas kesehatan mengantisipasi kemungkinan lonjakan Covid-19, tetap yang paling utama dan pertama adalah pencegahan. Sehingga, masyarakat juga harus sadar untuk perketat protokol kesehatan (prokes). "Harus diingat kesiapan RS juga ada batasnya," kata dia.