REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Sejumlah wartawan yang sedang mendemo SMA 6 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dikeroyok ratusan siswa sekolah tersebut yang baru saja keluar beristirahat. Wartawan yang ketika itu hanya mendemo dengan damai tak tahu menahu bawah dirinya diserang.
“Kami tak menyangka, siswa sekolah itu begitu brutal seperti barbar,” ujar seorang Wartawan E Radio, Widi, saat dihubungi, Senin (19/9). Dirinya yang sejak pukul 9.00 WIB berada di depan sekolahan menjalankan aksi damai, tiba-tiba langsung diserang ratusan siswa yang baru keluar sekolah pada pukul 12.30 WIB.
Pihak wartawan menjalankan aksi demo untuk bertemu dengan pihak sekolah terkait insiden pengeroyokan Wartawan Trans 7, Oktaviardi, beberapa hari lalu. Mereka ingin meminta pertanggungjawaban pihak sekolah terkait insiden itu.
Oktaviardi berada di wilayah Blok M saat tawuran terjadi yang melibatkan pelajar SMAN 6. Melihat insiden tersebut, Oktaviardi lalu mengambil gambar tawuran.
Tak disangka, Oktaviardi terjebak di antara dua kelompok siswa yang bertikai. Tidak lama, Oktaviardi kemudian didatangi oleh beberapa siswa berseragam dan kemudian meminta kaset yang berisi rekaman. Sejumlah siswa melancarkan bogem mentah ke wajah Oktaviardi.
Okta dan kru Trans7 kemudian meminta pertanggungjawaban pihak sekolah. Sebab, para saksi menyebutkan anak-anak yang memukulinya adalah siswa SMA 6. Saat mendatangi sekolah, ia diterima seorang satpam bernama Cecep. Satpam itulah yang menghubungkannya dengan Ibu Rusni, bagian kesiswaan SMA 6, melalui telepon milik Cecep.
Namun, Rusni malah mempertanyakan kebenaran cerita pemukulan itu. Menurutnya, pemukulan itu bisa dilakukan oleh siapa saja, bisa oleh alumni atau oleh siswa dari sekolah lain.
Belum terjadi perundingan, tiba-tiba siswa sekolah tersebut membuat ulah lagi. Kali ini ratusan pelajar tersebut menyerang membabi buta. Insiden ini mengakibatkan fotografer Media Indonesia, Panca, mengalami luka lebam di bagian wajah. Wartawan Rakyat Merdeka Online, Elshinta, dan Metro TV, juga menjadi sasaran aksi brutal mereka.