REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendukung pernyataan Menteri Pendidikan (Mendiknas) tentang tidak perlunya ujian nasional (UN) ulang dalam menyikapi kasus sontek massal di SDN Gadel II, Kecamatan Tandes, Surabaya beberapa waktu lalu.
"Sontekan itu tidak sistematis. Ternyata hasil UN-nya nggak sama semua," kata Risma saat ditemui di Balai Kota Surabaya, Rabu. Menurut dia, dalam kasus itu, para murid tidak kena hukuman berupa ujian ulang, melainkan yang kena hukuman adalah kepala sekolah dan wali muridnya saja karena ada bukti berupa instruksi untuk melakukan sontekan massal.
Risma menerangkan, pascakasus sontekan massal mencuat di media massa, dirinya langsung menggali informasi tentang kabar tersebut, termasuk ngobrol dengan siswa kelas VI SDN Gadel. "Yang bersangkutan (Alif) mengatakan itu (jawabannya) disalah-salahin dan yang lainnya juga tahu kalau jawabannya disalah-salahin sehingga tidak jadi mencontoh," tuturnya.
Hal sama juga diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Sahudi. Ia mengatakaan bukan siswa yang mendapatkan sanksi melainkan kepala sekolah dan wali murid karena terbukti bersalah telah melakukan pencemaran profesi guru.
"Tadi saya dapat informasi dari Pak Harun (Kepala Dinas Pendidikan Jatim) di Jakarta, jika tak ada temuan sontekan massal. Jadi tak ada ujian ulang," kata Sahudi.
Sedangkan kepala sekolah dan wali murid yang terbukti bersalah telah melakukan pencemaran profesi guru, menurut Sahudi, di tempatkan di Dinas Pendidikan Surabaya sebagai staf biasa. "Sejak ada SK sanksi dari wali kota, beliau sudah bertugas di Dinas Pendidikan sebagai staf," katanya.
Anggota Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya, Masduki Toha, pihaknya juga mendukung pernyataan resmi Mendiknas. "Itu karena sontekan massal yang dilakukan secara sistematis di sekolah itu memang tidak terbukti," katanya.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi pernyataan Mendiknas Mohammad Nuh di Jakarta (15/6) bahwa pemerintah tidak akan menyelenggarakan UN di SDN Gadel II, Surabaya, karena dugaan sontek massal tidak terbukti.
Menurut Masduki Toha, hasil UN di SDN Gadel II terbukti tidak terpola. "Artinya tidak ada sontekan yang dilakukan guru dan siswa secara sistematis, karena hasil UN antarsiswa tidak sama," katanya.
Selain itu, lanjut dia, dengan tidak adanya UN ulang diharapkan bisa meredam gejolak di kalangan masyarakat Gadel yang beberapa hari lalu sempat melakukan unjuk rasa di rumah pelapor sontekan massal yakni Ny Siami atau orang tua siswa, Al.