REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sejak mencuatnya kasus Mesuji, sejumlah personil Brimob Polda Lampung turun dan berjaga di lokasi perkebunan sawit PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI) hingga Selasa (20/12). Namun, warga mengaku resah dan khawatir dengan hadirnya aparat keamanan ini.
Beberapa warga yang dihubungi dari kota Bandar Lampung, menyatakan adanya aparat keamanan di wilayah yang pernah terjadi bentrok fisik dengan polisi saat aksi warga mendatangi kantor administrasi PT BSMI, Kabupaten Mesuji, Lampung, pada 10 November lalu.
Warga ini berasal dari tiga kampung yakni Sri Tanjung, Keagungan Dalam, dan Nipah Kuning, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, yang berjarak 289 km dari kota Bandar Lampung. Sejumlah blok areal kebun sawit PT BSMI sebagian sudah tidak terawat lagi. Beberapa bagian saluran air sudah banyak yang rusak.
Warga menegaskan, sejak kasus penembakan seorang warga bernama Jaelani (45), dan enam lainnya luka-luka, tidak ada seorang pun pekerja PT BSMI dan polisi. Semua tampak sepi, dan yang ada hanya plasma dan warga lainnya yang masuk di areal perkebunan sawit milik PT BSMI.
Namun, sejak beredarnya berita kasus Mesuji di Jakarta, aparat Brimob kembali turun ke areal perkebunan sawit PT BSMI. Padahal, warga menyatakan senang bila tidak ada aparat di lokasi sawit tersebut. Warga bebas memanen tandan buah sawit yang sudah tidak terurus lagi, sejak aksi pembakaran sejumlah kantor dan mess milik PT BSMI.
Boy (58), warga Keagungan Dalam, mengatakan anggota Brimob banyak yang berjaga di pabrik crude palm oil milik PT BSMI di Desa PKS. Brimob hanya berkumpul menjaga aset milik PT BSMI yang sudah ditinggalkan pekerjanya. “Brimob masih jaga-jaga di PT BSMI itu,” ujarnya.
Menurut dia, sebelumnya tidak ada aparat lagi sejak aksi pembakaran kantor dan mess PT BSMI. “Kami selaku warga merasa tidak aman lagi karena ada polisi, takut kejadian lama terulang lagi,” ujar bapak tiga anak ini.