Mendirikan IPM
Satu waktu, setelah parade peringatan 14 Tahun kemerdekaan RI pada Agustus 1959, beberapa anggota Pemuda Muhammadiyah rerasan, perlunya berdirinya organisasi pelajar Muhammadiyah (kelak Bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Ismet Wibowo, mengutip wawancara di tesis Untung Cahyono AMM dalam Dinamika Muhammadiyah 1918-1967 berkisah rerasan ini dibahas di rapat Pemuda Muhammadiyah yang dipimpin M. Fachrur Rozi.
Intinya perlu tidaknya mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah. Di masa itu hanya Pelajar Islam Indonesia (PII) yang masuk ke sekolah Muhammadiyah.
Rapat akhirnya memutuskan perlunya dibentuk organisasi khusus untuk pelajar Muhammadiyah. Banyak yang pro dan kontra, karena banyak anggota Muhammadiyah yang eks PII. Pemuda Muhammadiyah lewat Departemen Pemuda dan Budaya yang mengeksekusi dan dalam Rapat Tahunan Pemuda Muhammadiyah ke 2 di Yogyakarta pada Juli 1960 merekomendasikan agar Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah memberi mandat kepada Pemuda Muhammadiyah mendirikan IPM. Setelah mendapat restu, di Konperensi Wilayah Pemuda Muhammadiyah di Surakarta pada 18-20 Juli 1961 berdirilah IPM dengan ketua Herman Helmi dan sekretaris Muh Wirsyam Hasan. 18 Juli 1961 diperingati sebagai hari lahir IPM.
Catatan Akhir
Fachrur Rozi adalah tipikal pemuda yang memiliki mobilitas tinggi. Sebagai anak aktivis Muhammadiyah, beliau sudah terdidik untuk berorganisasi. Keterlibatan beliau sebagai intelijen, bagian dari karier di hidupnya memberi warna tersendiri.
Beliau yang fasih berbahasa dan menulis dalam Bahasa Inggris menjadikan pergaulannya lebih luas. Di masa kepemimpinannya, Pemuda Muhammadiyah berada dalam situasi yang tidak mudah. Keputusan terhadap gerak Langkah Pemuda Muhammadiyah di masa itu tentu atas dasar pertimbangan yang matang. Seperti dengan mendirikan IPM dan KOKAM Pemuda Muhammadiyah, M. Fachrur Rozi punya andil di dalamnya.