Senin 13 Feb 2023 11:27 WIB

Dengan Keterbatasan Alat, Para Relawan Selamatkan Hewan Korban Gempa di Suriah

Relawan nerhasil mengevakusi sekitar 35 hewan ke tempat perlindungan di kota Idlib.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Orang-orang berjalan melewati bangunan yang runtuh setelah gempa dahsyat di kota Jinderis, provinsi Aleppo, Suriah, Kamis, 9 Februari 2023. Tak hanya manusia, para relawan juga mengevakuasi hewan peliharaan yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Foto: Foto AP/Ghaith Alsayed
Orang-orang berjalan melewati bangunan yang runtuh setelah gempa dahsyat di kota Jinderis, provinsi Aleppo, Suriah, Kamis, 9 Februari 2023. Tak hanya manusia, para relawan juga mengevakuasi hewan peliharaan yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan.

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Ketika harapan untuk menyelamatkan korban gempa di Suriah barat laut menyusut, sekitar selusin pekerja  Ernesto Sanctuary for Cats di Suriah terus mengeluarkan anjing, kucing, kambing, dan ayam dari bawah reruntuhan. Dengan bantuan alat yang terbatas, mereka harus bekerja dengan tangan kosong.

Pendiri Ernesto, Alessandra Abidin mengatakan dalam artikel  Washington Post, kelompoknya adalah satu-satunya di barat laut Suriah yang berfokus pada pencarian hewan. Tanpa Ernesto, hewan yang ditinggalkan manusia yang melarikan diri untuk bertahan hidup atau terbunuh oleh bangunan runtuh, kemungkinan besar akan mati.

Baca Juga

Padahal, mengembalikan hewan peliharaan yang hilang kepada pemiliknya dapat memberikan kenyamanan emosional. Sedangkan mengumpulkan hewan ternak yang telantar dapat memastikan sumber makanan tetap bagi orang-orang yang sebagian besar terputus dari perdagangan internasional.

Tim tersebut telah membawa sekitar 35 hewan ke tempat perlindungan di Kota Idlib dan merawat puluhan lainnya di wilayah tersebut. Mereka harus berkendara sejauh 30 hingga 50 km untuk menemukan hewan di peternakan yang terkena dampak banjir. Abidin menyatakan pada akhir pekan, operasi penyelamatan akan berlanjut sekitar sepekan lagi.

"Manusia tidak bisa hidup tanpa anjing, kucing, kambing, tanpa ayam. Mereka bagian dari keluarga kami, seperti ibu atau ayah. Mereka memberi kita makanan, memberi kita kebahagiaan, memberi kita kenyamanan. Kami tidak akan tanpa mereka,"  kata salah satu dari dua dokter hewan di Ernesto Mohamad Youssef.

Ketika gempa membangunkan Youssef pada pagi 6 Februari, dia, istri dan anak-anaknya berlari keluar, dengan cuaca sedang hujan dan dingin. Mereka tidak tahu apakah akan ada gempa susulan sehingga berada di luar selama berjam-jam, merasa diserang dari bawah oleh gempa dan dari atas oleh hujan. Listrik padam, begitu pula internet.

Sedangkan di Ernesto, kucing-kucing itu mengeong aneh di antara kesunyian yang menakutkan dan gemuruh. Meskipun tidak ada hewannya yang terluka, suaka tersebut mengalami beberapa kerusakan kecil.

Youssef dan anggota tim lainnya segera memutuskan, mereka harus keluar dan mencari hewan yang masih hidup. Upaya penyelamatan dimulai secara penuh pada 8 Februari pukul 06.00 dengan selusin tim membawa ambulans hewan darurat, palu, pemotong logam, dan lainnya.

Tim menemukan lingkungan benar-benar hancur. Di wilayah tersebut, gempa tersebut merobohkan hampir 500 bangunan dan merusak sekitar 1.500 lainnya. Lebih dari 2.000 orang tewas dan hampir 3.000. Youssef menyatakan, tidak ada yang yakin berapa banyak hewan yang telah mati.

Tim dengan cepat mulai bekerja di kota-kota di luar Kota Idlib, seperti Harem, Salqin, dan Al Atarib, berjalan sepelan mungkin melewati tumpukan batu yang dulunya merupakan bangunan. Mendengarkan dengan saksama. Mereka membuat grup Facebook bagi penduduk setempat untuk menghubungi mereka tentang hewan kesayangan yang terperangkap atau hilang.

Ketika mereka mendengar seekor hewan berteriak minta tolong, mereka berhenti dan memusatkan perhatian pada tempatnya. Sering kali di bawah batu atau di tengah sungai yang banjir. “Kami satu-satunya tim yang melakukan apa yang kami lakukan,” kata salah satu dokter hewan Ernesto Khalaf Alyousef.

Berbeda dengan pencari manusia, mereka tidak mendapatkan tim bantuan internasional atau dokter hewan lain untuk membantu merawat hewan yang terluka. Kelompok ini menyatakan, mereka membutuhkan lebih banyak orang dan alat untuk menemukan hewan serta lebih banyak makanan dan dokter hewan untuk menjaga mereka tetap hidup.

“Kami menangis untuk hewan yang mati. Namun, kami menangisi hewan-hewan yang masih ada di luar sana. Kami ingin menemukan pemilik mereka juga. Hanya saja kami tidak memiliki cukup orang atau waktu untuk membantu semua orang. Kami ingin membantu, tetapi kami juga membutuhkan bantuan," ujar Alyousef.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement