Selasa 14 Nov 2023 21:32 WIB

Survei Ungkap Anak Muda Kurang Optimistis Terkait Politik dan Hukum

Anak muda harus berperan dalam politik dan hukum.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi pemuda.
Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Ilustrasi pemuda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah survei terbaru mengungkap tingkat optimisme generasi muda terhadap sejumlah bidang. Ranah yang dianalisis yaitu kebutuhan dasar, pendidikan & kebudayaan, ekonomi, kesehatan, kehidupan sosial, politik & hukum, lingkungan, serta Pemilu.

Survei indeks "Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023" itu digagas Good News From Indonesia (GNFI) berkolaborasi dengan perusahaan riset Populix. Tujuannya, mengukur tingkat optimisme anak muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai aspek, beserta berbagai alasan yang melatarbelakanginya. 

Baca Juga

"Di tengah berbagai situasi yang sebetulnya wajar apabila masyarakat menjadi pesimistis, kita bersyukur masih punya modal masyarakat terutama anak-anak muda yang ternyata masih optimistis," ujar pendiri GNFI, Akhyari Hananto, melalui pernyataan resminya.

Jika melihat dua tahun ke belakang dengan nilai rata-rata optimisme 7,2, terlihat pertumbuhan tingkat optimisme pada anak muda tahun ini, di mana Indeks Optimisme 2023 sebesar 7,7 dari skala 10. Dimensi pendidikan & kebudayaan menduduki peringkat optimisme paling tinggi.

Kemudian, disusul dengan kebutuhan dasar, ekonomi, kesehatan, serta kehidupan sosial, Sementara, pada aspek politik & hukum, optimisme generasi muda tergolong pada hasil yang terendah.

Selain itu, generasi muda di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua memiliki tingkat optimisme lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya. Terutama, pada aspek ekonomi, kesehatan, dan kehidupan sosial. 

CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, menyampaikan bahwa berdasarkan survei, skor optimisme tertinggi ada pada dimensi pendidikan dan kebudayaan. "Anak-anak mdua Indonesia sangat bangga terhadap budayanya," ucapnya.

Survei juga mengungkap, mayoritas responden merasa optimistis dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan gizi pasangan dan anak, dibandingkan pemenuhan gizi seimbang diri sendiri. Tingkat optimisme ini berbeda dengan dimensi Ekonomi & Kesehatan, di mana bagi responden mahasiswa dan yang belum bekerja, memiliki tingkat optimisme yang rendah untuk terserap di dunia pekerjaan. 

Di sisi lain, responden merasa resah dengan kondisi media sosial, di mana etika bermedia sosial dilihat masih akan menjadi masalah di masa depan. Sektor politik dan hukum menjadi sektor dengan tingkat optimisme paling rendah. Hampir sama dengan kondisi tahun lalu, yakni skor indeks optimisme sebesar 5,72.  

Persepsi bahwa praktik korupsi di Indonesia masih sangat tinggi merupakan alasan utama anak muda pesimis terhadap sektor ini. Selain itu, responden juga masih merasa pesimistis terhadap penegakan hukum di Indonesia yang tidak diskriminatif di masa depan.

Dari semua aspek yang ada, isu korupsi dan penegakan hukum menjadi permasalahan yang paling banyak diragukan responden. Survei tahun ini juga menyoroti secara khusus tentang Pemilu, untuk mengetahui apa yang menjadi perhatian generasi muda. 

Hasilnya, meski pada aspek politik cenderung pesimistis, namun pada aspek Pemilu masih cukup optimis dengan skor 7.0 dari skala 10. Unsur dengan skor tertinggi adalah memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, menunjukkan sebenarnya anak muda antusias menyambut Pemilu. Namun, anak muda masih menyimpan keraguan pada  kinerja penyelenggara Pemilu.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْكُفْرِ مِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِاَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوْبُهُمْ ۛ وَمِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا ۛ سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ سَمّٰعُوْنَ لِقَوْمٍ اٰخَرِيْنَۙ لَمْ يَأْتُوْكَ ۗ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ مِنْۢ بَعْدِ مَوَاضِعِهٖۚ يَقُوْلُوْنَ اِنْ اُوْتِيْتُمْ هٰذَا فَخُذُوْهُ وَاِنْ لَّمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوْا ۗوَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ فِتْنَتَهٗ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهٗ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَمْ يُرِدِ اللّٰهُ اَنْ يُّطَهِّرَ قُلُوْبَهُمْ ۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ ۖوَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka mengatakan, “Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah) terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.” Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya). Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat akan mendapat azab yang besar.

(QS. Al-Ma'idah ayat 41)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement