Ahad 26 Nov 2023 03:58 WIB

Militer Israel akan Penjarakan Tentara yang Menolak Dinas Perang

Israel juga mengancam akan menurunkan pangkat tentara yang menolak untuk bertugas.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Ziones Israel menembakkan howitzer 155 mm di lokasi yang dirahasiakan dekat perbatasan dengan Gaza, Israel selatan, Selasa (31/10/2023).
Foto:

Kedatangan pesawat ke Israel dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri, Departemen Operasi, Angkatan Udara, Departemen Strategi, dan Departemen Ketiga Angkatan Darat Israel.

Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa sebagai tanggapan atas serangan yang terus berlanjut oleh pasukan pendudukan dan pemukim Israel terhadap rakyat Palestina, harta benda dan tempat suci mereka, khususnya Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem.

Sebagai tanggapan, tentara Israel melancarkan Operasi Pedang Besi dan terus melakukan serangan gencar di Gaza. Sebanyak 2,3 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza telah hidup di bawah blokade Israel selama 17 tahun. Serangan udara dan darat Israel di Gaza telah membunuh lebih dari 14.000 warga sipil Palestina, termasuk lebih dari 7.000 anak-anak dan perempuan.

Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata empat hari yang dimulai pada Jumat (24/11/2023) pagi. Gencatan senjata ini menandai terobosan diplomatik besar pertama sejak pertempuran dimulai lebih dari enam minggu lalu.

Berdasarkan kesepakatan yang ditengahi Qatar, pejuang Palestina akan membebaskan 50 perempuan dan anak-anak yang diculik dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober. Gencatan senjata ini menawarkan kepada warga Gaza prospek jeda yang sangat diinginkan, meskipun singkat. Sumber dari Hamas dan Jihad Islam sebelumnya mengatakan, gencatan senjata akan mencakup gencatan senjata total di lapangan dan penghentian operasi udara Israel di Gaza selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement